Mohon tunggu...
Itha Abimanyu
Itha Abimanyu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dialah yang Kupilih

1 Januari 2022   23:02 Diperbarui: 25 Mei 2024   13:44 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Karena dia mungkir dan lari dari tanggung jawabnya, adikku bunuh diri!" ucap Rudi kembali sambil berlalu dan masuk ke dalam mobil.

Aku terdiam melihat Ardan yang tak bicara sepatah kata pun dan tak mau melihat ke arahku, dan plakkk! satu tamparan sepertinya tak cukup mendarat di pipinya Ardan, namun aku tak bisa melakukan hal lain lagi selain pergi dari hadapan Ardan dan mengikuti Mas Rudi masuk ke dalam mobil. Berlalu meninggalkan Ardan.

Kering sudah daun cinta di hati, siang benderang terasa gelap bagiku, aku tertipu, merasa teraniaya karena ulahnya, ah ... aku menangis sejadi-jadinya di dalam mobil.

***

Setelah hari itu aku dan Mas Rudi mulai dekat, saling memberi masukan tentang kehidupan, tentang keikhlasan, dan tujuan hidup. Aku melupakan status dia yang hanya sebagai sopir pribadi, kami begitu akrab.

Entah berawal dari mana kedekatan berbuah rasa, sesuatu yang dulu pernah kurasa kini hadir kembali. Cinta ... cinta itu kini berlabuh di dermaga hatiku. Dia, Mas Rudi menjadi pilihanku. Antara kami ada cinta! Pendekatan kami lakukan untuk saling mengenal satu sama lain. Hingga akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami supaya lebih dekat lagi.

Akhirnya, kami berdua putuskan untuk melanjutkan hubungan kita secara diam-diam dan terus berlanjut sembunyi. Aku tahu apa yang telah kulakukan adalah kesalahan. Tetapi tetap yakin pada pendirian, bahwa dia memang yang terbaik buatku. Karena berpikir tidak hanya menggunakan logika, namun menggunakan hati nurani juga.

Entah mengapa, hubungan kami yang masih berlanjut tercium oleh keluarga. Jelas saja, ibu dengan kasarnya mengancam dan mengutuk.

"Kalau kamu masih mau belain dia, aku bukan ibumu lagi." Tak hanya itu, ibu dan bapak terang-terangan melarang dan takkan merestui.

Rida Tuhan itu ada pada rida orang tua. Namun, apakah sebagai anak tidak memiliki hak untuk memilih dan untuk bahagia?

Semuanya benar-benar membuatku merasa sakit hati. Hanya saja Mas Rudi meyakinkanku, "Lambat laun, nanti orang tua akan merestui kalau niat kita tulus." katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun