Mohon tunggu...
Sisilia Ita
Sisilia Ita Mohon Tunggu... -

Cerita lengkap di www.sisilia-ita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Luxemburg : Negara Mini yang Cantiknya Maksi

24 Mei 2014   07:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

It's been a while, indeed. Lama sekali rasanya tidak menulis kembali catatan perjalanan saya, ya memang karena belum ada trip yang (bisa) dilakukan lagi di sela-sela jadwal kuliah yang padat. Tapi akhirnya setelah menyelesaikan semester 1 ini dengan...cukup babak belur, saya bisa nge-trip lagi walaupun hanya negara tetangga saja. Libur yang sangat singkat memang alasan yang paling masuk akal untuk tidak berlibur ke tempat-tempat jauh, tapi saya juga punya alasan lain karena libur Easter besok akan ada trip yang serius jadi cukuplah liburan kali ini ditujukan untuk negara tetangga saja. Luxembourg jadi pilihan utama, karena nemang saya ingin menambah daftar negara yang dikunjungi, plus saya juga dengar memang kotanya sendiri sangat apik. Luxembourg Station, photo by Nova Resfita Berangkatlah saya dan partner teman trip kali ini, Nova Resfita, di pagi yang masih gelap tanggal 4 Februari kemarin. Sayangnya kami tidak cukup beruntung untuk bisa naik kereta sesuai yang kami rencanakan, akhirnya dengan putar otak dan perhitungan lamanya perjalanan kami memutuskan untuk mengambil kereta tujuan Brussels dulu untuk kemudian mencari kereta tujuan Luxembourg sesampainya di sana. Untungnya, kami hanya menunggu 45 menit untuk naik kereta tujuan Luxembourg dari stasiun Brussels Zuid, memang lama tapi tidak ada pilihan lain selain kereta itu. Dengan perjalanan yang rasanya "ga habis-habis", kami tiba di Luxembourg jam 1 siang dengan lama perjalanan kurang lebih 3 jam, voilà!!! Cuaca cerah menyambut kami disana, tapi tetap saja cuaca cerah tak berarti panas ya. Dinginnya angin Luxembourg bener-bener nampol!! Untungnya semua top attractions disana satu area yang tidak begitu jauh dari stasiun, jadi semuanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Oke, pertama kami ingin ke Old Towns melewati Pont Viaduc di Avenue de la Gare tapi kenyataan berkata lain. Lemahnya kemampuan membaca peta membuat kami berjalan di rute yang salah melewati Avenue de la Liberte. Dengan excuse jelajah kota, kami tidak menyesali kesalahan itu. Untungnya disini kami bisa menemukan beberapa landmark kota ini yaitu Martyrs, dan juga berujung di Pont Adolphe yang super keren!! Sepanjang jalan Avenue de la Liberta

Bangunan di seberang Martyrs Park, photo by Nova Resfita Very nice park on the valley, Pont Adolphe Daerah Old Towns yang dimulai dari Pont Adolphe ini sebenarnya merupakan lembah yang dalam yang saya juga tidak tahu seberapa dalamnya lembah ini. Di pinggiran lembah,tempat kami mengambil gambar ada beberapa taman cantik yang kami pun juga tidak tahu bagaimana caranya menuju kesitu. Tidak jauh dari lokasi pertama, berdiri megah Katedral Notre Dame yang langsung saya abadikan lewat kamera hp. Oh ya, disana juga ada sebuah tugu peringatan yang saya tidak tahu apa arti pentingnya tugu tersebut. Ini karena semua tulisan di monumen ini berbahasa Perancis. Pont Adolphe is behind me, photo by Nova Resfita No idea for this monument Katedral Notre Dame Sesudahnya kami langsung menyusuri jalanan sempit untuk mencari Palais Grand Ducal tempat tinggalnya raja ratu negara ini. Lagi-lagi kami nyasar dan tidak menemukan tempat yang dicari, hanya menebak-nebak kira-kira bangunan mana yang pantas disebut istana rajanya Luxembourg. Di satu tempat, saya melihat prajurit istana seperti bayangan saya di UK sana dan dengan random mengambil gambar prajurit itu tanpa banyak pikir panjang. Sesudah melewati tampat itu dan melihat kartu pos yang dijual di jalanan, barulah sadar tempat prajurit itu memang Palais Grand Ducal, duh!! Di sela-sela nyasar Palais Grand Ducal (?) Prajurit yang kesepian, karena hanya sendirian Tempat selanjutnya yang dikunjungi adalah Casemates, yang namanya pun baru tahu setelah kami berjalan tanpa arah menyusuri lembah. Dari sini pemandangan lembah yang dipenuhi bangunan-bangunan cantik sangat keren. Tempat ini seperti reruntuhan kastil atau benteng dari jaman dulu. Di sini juga terdapat pelat bertuliskan Luxembourg sebagai The World Heritage City dari Unesco. Dari pelat ini ternyata barulah saya tahu bahwa kota ini berdiri sejak tahun 963, memang kota yang sangat tua dan bersejarah. Casemates

Photo by Nova Resfita Pelatnya Unesco Kelar menjelajah, kami memutuskan untuk ke city center yang letaknya juga tidak jauh. Walaupun tidak jauh, tetap saja nyasar sudah jadi kebiasaan. City center memang tipikal center kota-kota di Eropa, sebuah jalan lurus dengan butik-butik di sisi jalan. Bedanya dengan Center di Ghent, disini memang khusus untuk pejalan kaki, no tram, bus, car, and bike!! Jadi jalannya lebih lega dan leluasa. Tapi butik-butiknya mengingatkan saya akan kota Paris, karena brandnya lebih beragam dan kelasnya pun berbeda jauh dengan Ghent. City Center

Tempat lansia tidak ada yang sekeren ini!! Oke, kami sepertinya sudah meninggalkan jejak di tempat-tempat wisata yang utama disini jadi kami langsung memutuskan untuk menuju stasiun. Parahnya lagi, Notre Dame yang jadi patokan kami untuk jalan pulang tidak lagi keliatan di kejauhan. Setelah berputar-putar di Center, kami bisa menemukan jalan menuju Notre Dame. Berhubung tidak banyak toko souvenir di kota ini, kami memutuskan untuk beli souvenir di kios kecil di seberang katedral. Magnet kulkas yang jadi barang wajib harganya cukup mahal, 6 euro!! Tapi tak apalah, karena saya tidak tahu apa bisa ke Luxembourg lagi. Angin yang dinginnya nampol jadi teman perjalanan menuju stasiun, tepat jam 5 kami sudah sampai di stasiun dan langsung naik kereta tujuan Brussels Midi. Catatan penting perjalanan ini adalah lain kali saya harus bawa Tolak Angin!! Perjalanan di kereta yang lama dan dingin, plus jalan kaki dengan angin yang menusuk hidung dan juga tulang bikin penyakit orang Indonesianya kumat. Walaupun begitu, trip ini tetap berkesan karena kotanya sangat cantik, bersih, dan rapi. Mudah-mudahan suatu saat bisa berkunjung ke Luxembourg lagi, untuk menunaikan tugas menilik tempat-tempat indah yang belum dikunjungi. Nice to see you, Luxembourg. I want to visit you again very soon :) I was there, Luxembourg!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun