Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidur di Antara 26 Ribu Buku

5 Maret 2023   16:51 Diperbarui: 5 Maret 2023   18:05 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di Tebet ada perpustakaan umum. Namanya Baca Di Tebet. 

Perpustakaan berdiri di atas tanah seluas kira-kira 600 meter, berlantai 2. Didirikan oleh dua sahabat: Kanti W Janis dan Wien Muldian. Keduanya pecinta buku. Tentu saja.

Kenapa buku?

Buku menghubungkan ragam fenomena hidup. Dari membaca kita mendapat pengetahuan pribadi, lalu aktivitas yang produktif, memiliki gagasan yang terakhir menjadi karya. Saya membaca buku sejak SD. Kata Wien.

Sejak kecil Ayah dan Ibu tidak menghujani saya dengan mainan. Tetapi buku. Merek menanamkan kecintaan membaca menjadi teladan hidup. Dan itu selalu aku syukuri. Kata Kanti.

Kenapa perpustakaan?

Sebagai wujud kecintaanku terhadap buku. Mendirikan perpustakaan ini. Kata Kanti.

Awalnya dari ngobrol-ngobrol. Rumah ini milik keluarga Kanti. Selama ini kosong, hanya dipakai satu ruang yang dipakai oleh satu lembaga swadaya masyarakat. Sayang kan. Lalu tercetuslah gagasan perpustakaan. Buat Kanti, ini yang pertama. Buatku, sudah beberapa kali. Jawab Wien.

Ketika tinggal di Tebet, dulu, Wien menyulap satu ruang bawah di rumah kontrakannya itu jadi perpustakaan mini. Ketika masih pegawai negeri sipil, ia ditugaskan merancang Perpustakaan Nasional di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Sudirman. Waktu itu dikbud mendapat hibah puluhan buku dari British Council, perpustakaan milik Kedutaan Inggris, yang tutup.

Pertama, jumlah bukunya sebanyak ini?

Ndaklah. Aku punya buku. Wien punya buku. Buku-buku koleksi kamilah yang ditaruh di sini. Kata Kanti.

Berapa lama mempersiapkan perpustakaan ini sampai dibuka?

Kira-kira setahun. Bangunan dikosongkan, dibersihkan, dirancang ulang agar tiap ruang efisien dan dapat dimanfaatkan. Tidak ada yang ruang kosong lagi. Selain rak-rak buku kami juga merancang di perpustakaan ada kedai kopi, restoran, dan dua kamar dormitori untuk disewakan. Prinsipnya, kami ingin pengunjung nyaman dan betah. Seperti di rumah. Jawab Wien.

Terus, jumlah buku terus bertambah, bagaimana ceritanya?

Waktu masih setengah jadi, kami sudah ajak teman-teman dekat dan keluarga untuk datang. Dari sana mereka tanya, boleh sumbang buku ndak? Ya bolehlah. Akhirnya banyak yang menyumbang. Terakhir kami mendapat kiriman dua ribuan buku bagus dan bermutu, dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Sampai sekarang kami belum tahu siapa nama pengirim dan alamatnya. Kami sih senang saja. Jawab Wien.

Dengan koleksi ribuan buku dan pengunjung lalu lalang, tidak takut hilang buku?

Tiap ruang di Baca Di Tebet dipasang CCTV. Selain itu juga kami membatasi pengunjung tidak terlalu banyak. Pengunjung dapat akses setelah mendaftar di aplikasi. Dan berbayar. Rp35 ribu per hari atau Rp80ribu per bulan atau Rp600.000 per tahun. Mereka bisa masuk kapan saja dan meminjam buku.

Membaca buku membiasakan kita untuk menghargai sebuah proses. Baca Di Tebet adalah ruang baca beretika. Surga bagi para pembaca.

Baca Di Tebet baru saja merayakan ulang tahun yang pertama. Sudah banyak kegiatan dan acara yang dilakukan dan dirancang. Peluncuran buku. Diskusi buku. Klub Menulis. Klub Membaca. Setiap minggu ada kegiatan. 

Beberapa orang atau penulis ternama pernah mampir ke sini. Katakanlah Nina Tanjung. Lola Amaria. Sandiaga Uno. Alberthiene Endah. Kurnia Effendi.  Iksaka Banu. Dan banyak lagi.

Dan saya ... sudah merasakan bermalam di Baca Di Tebet.

Ceritanya, seminggu lalu saya ke Baca Di Tebet

 Tiba di tkp, saya berjumpa kawan penulis. Karena sama-sama sibuk tidak berjumpa, kami semangat menginap. 

Pagi nanti, rasakan sensasi bangun tidur dan langsung melihat 26 ribu buku. Kata Wien.

Fantastis memang. Langit Jakarta masih kelabu ketika saya membuka pintu kamar dan disambut oleh buku-buku yang memenuhi dinding-dinding. Luar biasa. Artinya, saya tidur di antara 26 ribu.

Tertarik berkunjung? Pantau IG Baca Di Tebet untuk informasi lanjutan.

Sekarang sedikitnya seratus pengunjung tiap hari datang ke Baca Di Tebet.  Hari Senin tutup.

Sementara orang sibuk mendigitalisasi sesuatu, Kanti dan Wien justru membuka perpustakaan yang nyaman buat kepentingan umum. Demikian.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun