Adalah pohon ara yang tumbuh di antara pohon anggur. Berusia setahun, pemilik kebun melongok pohon itu, belum berbuah. Berusia dua tahun, pemilik kebun melongok lagi, masih belum berbuah. Berusia tiga tahun, pemilik kebun melongok ketiga kali, pohon masih juga belum berbuah ara.Â
Pohon ara berbuah setelah enam bulan ditanam. Jenis yang bermutu dua bulan sudah berbuah.Â
"Tebang pohon ini. Tidak ada gunanya dia tumbuh di sini. Mengambil sari-sari tanah tapi tidak menghasilkan buah apa pun," kata pemilik kebun kepada tukang kebunnya.Â
"Tuan, biar saya pelihara sedikit waktu lagi, memupuknya lebih baik, siapa tahu tahun depan dia berbuah," jawab tukang kebun.Â
Pemilik kebun hanya memandang tukang kebun, tidak berkata ya atau tidak, kemudian berlalu. Tukang kebun menarik napas panjang, memegang pohon ara yang berdaun lebat.Â
Apa mesti kulakukan, pikir tukang kebun.Â
Pohon ara ada di antara pohon anggur yang memerlukan perhatian ekstra tukang kebun. Mereka tak pernah kurang sinar matahari, cukup air, berlimpah hara, disiangi rutin dan dibersihkan dari daun dan ranting kering.
Pemilik kebun menyediakan apa saja yang diperlukan agar kebunnya berbuah lebat dan lebih lebat setiap tahun. Mendatangkan teknologi paling canggih untuk hasil buah lebih baik. Pupuk termahal. Apa pun yang diperlukan demi menghasilkan anggur yang manis buahnya, banyak airnya, bernutrisi dengan kualitas paling baik yang dapat dicapai. Pemilik kebun melakukan investasi besar-besaran sampai-sampai untuk dirinya sendiri, dia menghemat.
Sudah sepatutnya dia kesal melihat pohon ara yang tidak berbuah ini, pikir tukang kebun.Â
Sementara dia berpikir, tukang kebun berbicara kepada pohon ara. "Ara, kau sudah dengar apa yang dikatakan pemilik kebun. Sekali lagi dia datang dan kau masih belum menghasilkan buah, aku tidak bisa lagi membelamu. Aku akan berusaha semampuku untuk membantumu berbuah. Sekarang sudah di ujung tahun. Aku menerima keputusanmu tidak berbuah. Tahun depan, jangan tidak berbuah lagi."
Setelah mengatakan itu, tukang kebun pun pergi.
Di belakang tukang kebun, pohon ara berkata terima kasih untuk kesempatan yang diberikan oleh tukang kebun, dengan menjatuhkan daun-daunnya berserak di atas tanah. Dia berjanji akan mengurangi daun agar buah dapat tumbuh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H