Berpapasan dengan kawan yang sudah tak berjumpa 25 tahun, rasanya luar biasa. Kami duduk mengobrol 30 menit, minum kopi hitam di satu kedai, bertukar kabar.
Kami sama-sama belum menikah, setahu kami. Dan pada hari kami berjumpa pun, masih melajang.Â
Dalam lima menit kami meng-upgrade cerita kawan-kawan kami. Setelah itu cerita kami sendiri. Di masa lalu kami kawan dekat sehingga mudah bagi kami membuka diri, melanjut cerita-cerita yang terputus selama ini. Â Â
Saya terkejut senang dalam obrolan singkat itu, mendapati sahabat saya sedang dalam persimpangan. Di usia kami yang 50 tahun lebih ini, dia sedang dijatuhi cinta oleh lelaki yang pernah dikenalnya, di masa lalu.Â
"Kami ketemu di satu kegiatan seni, mengobrol ringan, bertukar nomor, lalu chat sesekali. Itu awalnya," katanya.Â
Aduh, kisah asmara. Bikin adrenalin berdenyut keras. Cinta memang bisa jatuh kapan saja kepada siapa saja, tidak pilih-pilih.
kawan saya bercerita. Saya antusias mendengarkan.Â
"Pertama kami chat seminggu sekali. Seminggu dua kali. Tiap hari. Lalu pagi siang sore. Ketemu sesekali. Dua kali seminggu. Lalu tiap kali ada waktu, kami berjumpa," katanya lagi.
Pendek cerita, dalam jangka waktu tiga bulan mereka terlibat ikatan emosional yang dalam dan makin dalam. Mereka terhubung satu sama lain dan merasa klop. Satu hari tidak berkabar, rasanya ada yang kurang.Â
Lalu sampailah pada satu hari, laki-laki itu tidak tahan untuk tidak berterus terang kepada kawan saya, bahwa dia menikmati kebersamaan mereka, dan ingin relasi mereka lebih dekat daripada sekadar sahabat. Singkatnya, lelaki itu melamarnya menjadi istri.Â