Jadi sarapan saya pagi itu pongal, kopi, air mineral dan dua macam kukis (cokelat dan kelapa). Â Seluruhnya 420 rupee. Saralan yang ambisius. Pongal 190 rupee. Air mineral kemasan 1 liter 100 rupee. Dua kukis @50 rupee. Sisanya kopi.
Di tengah perut lapar dan dingin, kehadiran pongal sangat menyenangkan perut. Bubur nasi itu enak sekali. Bubur gurih dengan banyak rempah. Sayangnya saya tidak mengenali bumbu rempah yang tampak di bubur. Yang saya tahu ada semacam daun salam namun bentuknya lebih kecil daripada yang biasa kita pakai. Ada biji seperti szechuan, yang berwarna hitam dan rasanya sedikit menyerang seperti mint, dan segar.Â
Saya menghabiskan sarapan dengan rapi, juga ketiga macam chutney. Selesai makan, saya kembalikan baki yang sudah bersih dari makanan itu, dan berkata, enak sekali.
"Sekarang sudah bisa saya sajikan kopi, Maam?" tanya penjaga kedai.
Saya mengiyakan.
Mereka menyajikan kopi dalam cup erts ukuran 200 ml. Kopi yang sudah dicampur krim. Dan rasanya luar biasa enak. Saya menyesapnya dengan senang. Chennai bercuaca sejuk. Perut saya makin nyaman menyambut kehadiran kopi.
Sarapan saya ditutup dengan kukis kelapa. Manisnya lembut. Rasanya tidak terlalu manis namun lagi-lagi, kaya rempah.
Saya menyukai sarapan saya yang berhasil. India yang luar biasa.Â
Sedikit siang, saya tak tahan untuk membeli samosa. Dua samosa seharga 190 rupee. Di India, rasa penganan yang kita temui juga dengan mudah di Jakarta, terasa otentik.Â
Menjelang malam saya terbang ke Mumbai, dan menunggu kawan saya yang satu jam ke depan akan mendarat di bandara Chhatrapati Shavaji ini. Tak sabar untuk melaporkan makanan-makanan khas India lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H