Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Naftali [26]

28 Oktober 2022   21:37 Diperbarui: 28 Oktober 2022   22:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku khawatir ada luka dalam, membawanya ke dokter keluarga, menghilangkan spekulasi burukku, Ezra mengalami trauma. Syukurlah, tidak. Ajaibnya, keesokan hari ia mengucapkan kata ma ma ma ma, beberapa kali. Girangnya aku minta ampun. Kami mengulang suku-suku kata lain, agar ia tiru, tetapi tidak terjadi. Besok harinya lagi, kemampuan itu raib, tak berbekas.

Usia dua puluh empat bulan, aku tak tahan lagi, membawanya ke klinik terapi wicara terbaik di kota ini, Ezra diperiksa, dianalisis. Ezra bukan autis, bukan ADHD, gejalanya belum bernama. Ratusan pekan sudah lewat, dua kali seminggu kami membawanya ke klinik-klinik yang berbeda, dokter-dokter spesialis ternama, hanya sedikit saja perkembangan, tetapi Ezra makin menyendiri. 

Tujuh tahun sudah usianya, gagah jagoanku itu, masih mengagumi tekstur, tertawa geli dengan perasaannya, bijak karena pengalamannya sendiri, tanpa teman sebaya yang tahan bermain dengannya, dan kami mencintainya. Tak kami hitung biaya berbayar untuk Ezra. Asal dia bahagia, seluruhnya kami beri.

Kurasa, Ara masih teguh keyakinannya, harapannya. Kami masih melayani hati-hati yang rindu kepada Allah, mematahkan siasat orang, merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan kepada Tuhan, kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus. Kami percaya kuasa salib dan darah Kristus membebaskan setiap belenggu yang dibangun kerajaan dunia. 

Sekarang imanku bukan lagi iman tidak melihat, tetapi iman melihat iman Ara. Dalam rasa takut yang tak terjelaskan, hatiku terus didesak pertanyaan, adakah Tuhan? Kenapa begitu lama untuk sebuah jawaban? Kenapa perlu ujian yang mematikan untuk mempermuliakan nama Allah?  

Ke mana larinya doa-doa segenap jiwa yang dipanjatkan, seluruh hati yang diserahkan? Kini, ayat-ayat di kitab suci itu makin sunyi, dan tak terdengar. Tetapi, kepada orang-orang yang terpasung hatinya melihat terang, masih kukatakan, pemeliharaan Yang Mahakuasa itu sempurna. Percaya saja. Tenanglah, angin ribut akan membungkam, percaya saja. 

*

Hotel Rosewood   

Ruang Lotus, pukul sebelas. Mereka duduk berhadapan di sofa rendah berbantal empuk. Meja  dipenuhi pastri, minuman. Kopi hitam untuk Naftali, tiga jenis teh untuk yang lain. Ini pertemuan pertama sejak pernikahan yang gagal itu. 

Cuaca sungguh cerah. Bunga-bunga bermekaran, mereka bisa saksikan itu melewati dinding kaca yang bening di sisi kiri-kanan mereka. Hidup merayap cepat, menawarkan ketidakpastian, tetapi harus dilalui dengan segenap kewaspadaan.

"Kamu gemuk, Naf?" komentar April.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun