Pada suatu hari Dina
Melintasi Sikhem
Mencium kupu bunga kota
Wajahnya embunÂ
Matanya  bulan
Senyumnya ranumÂ
Sikhem tercucuk pandang gadis
Tertusuk panah cinta
Tergiur liur terpukul jantung
Limbung tak tahanÂ
Mari ke sotoh istana ayahku, adikÂ
Kota ini namaku
Gerizim gunung penghubungÂ
Langit bumi dan tarbantin
Pohon keramatÂ
Kediaman Asyera
Di bawahnya leluhurmuÂ
Bermezbah setelah hijrah Â
Dina terpaut mulut Sikhem Â
Teteskan madu tiada henti
Tangannya cengkeram lengan pemuda
Aku takkan kembali ke rumah ayahku
Sampai kau ceritakan tentangmu
Sebab sakit asmara aku
Pinang dia jadi istriku, seru Sikhem kepada Hemor
Sekarang kita keluarga, kata Hemor kepada Yakub
Yakub dan dua belas lelaki
Panas telinga mendengarÂ
Penghinaan suku tak bersunatÂ
Menginjak martabatÂ
Mari kita pura-pura sepakatÂ
Kenduri tujuh hari tujuh malam Â
Mahar kulit khatan akil balig
Sikhem dan Hemor pulang ke kotaÂ
Bergirang di pintu gerbang
Hari ini sejarah bangsa kita
Kitab-kitab mencatat
Kita beradab
Gemas dua lelaki YakubÂ
Mengasah mata pedangÂ
Sepuluh lainnya
Menguatkan hati baja
Pada hari ketigaÂ
Lelaki Yakub merangsek kotaÂ
Serupa pahlawan perang Â
Pedang di dua tanganÂ
Simeon dan Lewi
Menebas laki-laki baru bersunat
Sepuluh lainnya
Menjarah kotaÂ
Membawa pulang
Adik perempuan
 Â
Yakub, lihatlah
Langit hitam di atasmu
Tanah merah di bawahmuÂ
Kota Sikhem kini yatim
O Dina o SikhemÂ
Kisah kalian bukankah
Kitab-kitab mencatatnya
15/1/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H