Teman saya pernah bercerita. Satu kali ia pergi ke pasar bersama seorang keponakannya. Di pasar, si keponakan membeli celana panjang. Ia dan penjual terlibat dalam acara tawar-menawar.Â
"Tolong kurangi harganya, Bu. Saya anak kos. Saya tidak ada uang lagi, ini sebenarnya untuk bayar kos."
Tiba di rumah, teman saya menegur keponakannya.
"Memangnya kamu di sini kos?"
"Tidak, Tante."
"Kenapa kamu bilang kamu bayar kos ke penjual tadi?"
"Supaya saya dapat harga murah."
"Kamu tahu itu bohong?
Keponakannya tidak menyangka itu hal yang serius. Dia bilang itu hal biasa seperti halnya ia dan teman-teman mahasiswanya biasa memanipulasi daftar hadir di kampus.Â
"Itu artinya kamu bohong. Lain kali jangan begitu. Tawar secukupnya. Kalau tidak sepakat, cari tukang jualan lain. Jangan kamu korbankan diri menjadi tidak jujur, hanya untuk selembar celana panjang."
Teman saya melakukan hal yang benar. Memang sepatutnya orang tua, orang yang lebih dewasa menegur anak muda yang ketahuan tidak jujur. Sikap dan tindakan yang tidak jujur, bila dibiarkan, akan menjadi kebiasaan dan yang bersangkutan tidak merasa bersalah. Ingat kasus Eichmann di atas.Â