Mohon tunggu...
Ita Nuraeni
Ita Nuraeni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Intan Lampung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haruskah Mempercayai Ajaran Ahlul Kitab?

29 November 2019   11:45 Diperbarui: 29 November 2019   12:13 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haruskah Mempercayai Ajaran Ahlul Kitab?
Oleh: Ita Nuraeni

Pada dasarnya agama Yahudi dan Nasrani atau Ahlul kitab adalah agama samawi yang sumbernya dari Allah SWT. Dan agama-agama tersebut juga mengajarkan tentang ketauhidan. Namun, yang menjadi problem masyarakat hari ini adalah banyak ajaran-ajaran dari Ahlul kitab ini yang sudah tidak murni lagi.

Sehingga mendatangkan kebimbangan dikalangan masyarakat, apakah harus mengimani ajaran ahlul kitab atau tidak mengimaninya. Karena disisi lain, agama mereka itu adalah agama samawi yang datangnya dari Allah SWT tapi disisi lain ajarannya sudah  banyak yang melenceng atau tidak murni lagi. Lalu bagaimanakah hukumnya mempercayai ajaran Ahlul Kitab?

Secara istilah Ahlul Kitab berasal dari dua kata bahasa Arab yang tersusun dalam bentuk Idhafah yaitu ahlu dan Al-kitab. Ahlu berarti pemilik , ahli. Sedangkan Al- kitab berarti kitab  suci. Ahlul Kitab  berarti, "Pemilik Kitab Suci", yakni para umat nabi yang diturunkan kepada mereka kitab suci atau wahyu Allah.

Dalam hal ini Imam Syafi'i (w. 204 H) menegaskan bahwa yang dimaksud Ahlul Kitab hanya terbatas pada dua golongan saja, yaitu  golongan Yahudi dan Nasrani dari Bani Israel. Sedangkan diluar Bani Israel, sekalipun beragama Yahudi atau Nasrani, menurut Imam Syafi'i, tidak termasuk Ahlul Kitab.

Imam Syafi'i  berargumen bahwa Nabi Musa a.s dan Isa a.s hanya diutus untuk kaumnya, yaitu Bani Israel (hal ini menunjukkan bahwa objek seruan Nabi Musa a.s dan Nabi Isa a.s yang diutus hanya Bani Israel).  (Tafsir Imam Syafi'i , vol. II, hlm. 56 )

Ahlul Kitab menurut pandangan ulama ahli tafsir, yang pertama menurut Ibnu Katsir, beliau berpendapat bahwa yang disebut dengan Ahlul Kitab adalah kaum Yahudi dan Nasrani, pemilik kitab Taurat dan Injil, maupun pengikut-pengikutnya dari kelompok mereka

Kedua menurut  Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari  berpendapat bahwa kata "Ahlul Kitab" hanya digunakan untuk menyebut dua komunitas agama samawi sebelum datangnya Islam yaitu orang-orang yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani saja.yang ketiga, Ahmad Musthafa Al-Maraghy berpendapat bahwa yang disebut dengan Ahlul Kitab hanyalah mereka yang menganut agama Yahudi dan Nasrani saja bukan diluar mereka

Dan yang terakhir adalah menurut Sayyid Qutub, ia berpendapat tidak berbeda dengan ulama tafsir diatas bahwa yang di sebut Ahlul Kitab adalah orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani.

Rasulallah SAW bersabda dalam suatu hadis: "Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar bahwa Orang-orang Ahlul Kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menjelaskannya kepada orang-orang Islam dengan bahasa Arab.

Melihat hal itu Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam bersabda: Janganlah kalian mempercayai Ahlul Kitab dan jangan pula mendustakannya. Tetapi ucapkanlah; Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami. (Al Baqarah: 136)." (HR. BUKHARI)

Berdasarkan hadis tersebut, meyakini ajaran ahlul kitab adalah tidak diperbolehkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yang pertama, Al-quran dan As Sunnah secara gamblang telah menghukumi mereka sebagai kaum kafir. Nah kalau Al-quran dan As sunnah saja sudah menghukumi kafir, berarti sudah jelas bahwa mempercayai ajaran mereka tidak diperbolehkan.

Yang Kedua, kesepakatan kaum muslim yang telah berlaku bahwa ahlul kitab adalah kafir. Dan yang ketiga Ahlul kitab secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka adalah kaum Yahudi atau Nasrani, mereka sama sekali tidaklah mengatakan bahwa mereka muslim.

Sejalan dengan pernyataan diatas, terdapat hadis lain yang memiliki prespektif yang sama, yaitu: "Telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Telah menceritakan kepada kami Husyaim Telah mengabarkan kepada kami Abu Bisyr dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma mengenai firman Allah: "yaitu orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi." (Al Hijr: 91).

Ibnu Abbas berkata; Mereka adalah Ahlul Kitab, mereka telah membagi Al-Qur'an menjadi beberapa bagian, kemudian mereka beriman dengan sebagiannya dan kafir dengan sebagian yang lain." (HR. BUKHARI)

Jadi, pada hakikatnya mempercayai Ahlul Kitab tidak diperbolehkan, sebagaimana telah disebutkan oleh Imam Syafi'i bahwa Ahlul Kitab ini hanya untuk dua golongan saja yaitu Yahudi dan Nasrani. Tapi kita sebagai umat Muslim dilarang pula mendustakannya dalam artian boleh saja mempelajari ajaran Ahlul Kitab tetapi hanya sekedar untuk menambah wawasan kita.

Closing statement dari saya sebagai umat muslim, kita beriman kepada Allah dan pada apa yang  telah diturunkan ke pada Rasulullah SAW. Hendaknya kita harus cerdas dalam memilah manakah ajaran yang harus kita imani dan tidak. Kita harus tahu benang merah antara ajaran islam dengan ajaran di luar islam, termasuk juga ajaran Ahlul Kitab, agar tidak ada kerancuan dalam tindak tanduk kita dalam beragama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun