Mohon tunggu...
Ita Herlita
Ita Herlita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sasindo Universitas Pamulang

Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Seni

Mengenal Atraksi Debus dari Banten

20 Oktober 2022   14:46 Diperbarui: 20 Oktober 2022   15:02 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Banten memiliki bermacam-macam kesenian yang diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dilestsrikan hingga saat ini. Salah satunya adalah kesenian trasisional debus yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh manusia dari berbagai macam benda tajam.

Kesenian debus perpaduan antara seni tari, pencak silat serta kebatinan. Masyarakat luas umumnya mengenal debus sebagai tradisi yang menyeramkan dan sadis. Atraksi debus banyak mempertontonkan kegiatan melukai diri, sehingga sering dianggap dekat dengan ilmu hitam.

Salah satunya yang paling terkenal dari atraksi debus adalah mengiris bagian tubuh dengan senjata tajam berupa golok atau pisau, menusuk perut dengan besi, menyiram diri dengan air keras, mengunyah pecahan kaca, hingga bermain dengan api adalah hal-hal yang ada dalam sebuah pertunjukan debus.

Debus mulai populer di Banten sejak abad ke-16 sebagai media pengenalan Islam di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin Saat itu masyarakat setempat masih mempercayai kebiasaan nenek moyang sebagai agama mereka. Nurrudin Ar-Raniry sebagai salah seorang tokoh memperkenalkan tradisi tersebut sebagai upaya mengenalkan Islam melalui atraksi melukai diri, sambil membaca doa-doa dari Al-Qur’an sebagai upaya memohon keselamatan.

Kesenian debus hanya ditampilkan dalam acara-acara besar seperti acara adat pernikahan, acara sunatan, perayaan besar keagamaan, hari kemerdekaan serta tampil untuk menyambut wisatawan yang berkunjung.

Debus juga tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Pemain haruslah orang yang sudah terlatih dan menjalani ritual sebelum atraksi. Ritual yang dimaksud di sini juga bukan suatu hal yang musyrik tetapi justru menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama Islam.

Sumber:

https://images.app.goo.gl/YGn2TWsgzqXeCY6b8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun