Masyarakat Banten memiliki bermacam-macam kesenian yang diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dilestsrikan hingga saat ini. Salah satunya adalah kesenian trasisional debus yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh manusia dari berbagai macam benda tajam.
Kesenian debus perpaduan antara seni tari, pencak silat serta kebatinan. Masyarakat luas umumnya mengenal debus sebagai tradisi yang menyeramkan dan sadis. Atraksi debus banyak mempertontonkan kegiatan melukai diri, sehingga sering dianggap dekat dengan ilmu hitam.
Salah satunya yang paling terkenal dari atraksi debus adalah mengiris bagian tubuh dengan senjata tajam berupa golok atau pisau, menusuk perut dengan besi, menyiram diri dengan air keras, mengunyah pecahan kaca, hingga bermain dengan api adalah hal-hal yang ada dalam sebuah pertunjukan debus.
Debus mulai populer di Banten sejak abad ke-16 sebagai media pengenalan Islam di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin Saat itu masyarakat setempat masih mempercayai kebiasaan nenek moyang sebagai agama mereka. Nurrudin Ar-Raniry sebagai salah seorang tokoh memperkenalkan tradisi tersebut sebagai upaya mengenalkan Islam melalui atraksi melukai diri, sambil membaca doa-doa dari Al-Qur’an sebagai upaya memohon keselamatan.
Kesenian debus hanya ditampilkan dalam acara-acara besar seperti acara adat pernikahan, acara sunatan, perayaan besar keagamaan, hari kemerdekaan serta tampil untuk menyambut wisatawan yang berkunjung.
Debus juga tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Pemain haruslah orang yang sudah terlatih dan menjalani ritual sebelum atraksi. Ritual yang dimaksud di sini juga bukan suatu hal yang musyrik tetapi justru menghindari hal-hal yang dilarang dalam agama Islam.
Sumber:
https://images.app.goo.gl/YGn2TWsgzqXeCY6b8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H