Mohon tunggu...
Ita Fitriana
Ita Fitriana Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta bahasa

Seorang linguis bahasa Jepang dan pemerhati bahasa-bahasa daerah di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Efektivitas Bahasa Daerah dalam Sosialisasi Pencegahan Covid-19 di Media Sosial

4 April 2020   17:52 Diperbarui: 4 April 2020   18:10 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun 2019, dunia dihebohkan oleh berita munculnya epidemi yang disebabkan oleh virus corona secara tiba-tiba. Virus corona varian baru atau kemudian dikenal dengan sebutan Covid-19 (corona virus disease -2019) pertama kali mewabah di kota Wuhan, Tiongkok.

Mulai menyebar secara global atau menjadi pandemi pada 12 Maret 2020 oleh WHO. Untuk mencegah penyebaran wabah corona tersebut, maka pemerintah melakukan sosialisasi melalui media cetak, media sosial, dan lain sebagainya.

Persebaran wabah yang masif dan secara tiba-tiba membuat pemerintah harus sigap, efektif, dan efisien dalam mengomunikasikan pencegahan wabah tersebut di masyarakat, agar masyarakat dapat lebih waspada dan peduli terhadap wabah corona ini. Terutama agar informasi ini dapat menjangkau ke wilayah yang menggunakan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi sehari-hari.

Selain menggunakan media resmi dari pemerintah, ternyata masyarakat juga ikut menyosialisasikan dalam bentuk yang lebih kreatif namun tidak mengurangi fungsi dan makna dari sosialisasi tersebut. Salah satu hasil kreatif adalah melalui media gambar atau video yang menggunakan bahasa daerah.

Penggunaan bahasa daerah dalam menyampaikan pesan ternyata memiliki dampak yang cukup besar di masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya sosialisasi dalam bahasa daerah di media sosial, baik dalam bentuk video maupun gambar. Tema yang digunakan untuk penyampaian pesan juga cukup beragam, namun paling banyak yang dipakai adalah tema humor.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, seberapa efektifkah penggunaan bahasa daerah dalam sosialisasi pencegahan covid-19?

whatsapp-image-2020-04-04-at-15-17-33-1-5e8850a5097f36242e6c77a2.jpeg
whatsapp-image-2020-04-04-at-15-17-33-1-5e8850a5097f36242e6c77a2.jpeg
dok. pribadi
dok. pribadi
Contoh data di atas adalah penjelasan istilah-istilah yang sekarang sedang naik daun karena virus corona. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa dialek Ngapak yang digunakan di wilayah kabupaten Cilacap, Banyumas, Cirebon, Pemalang, Tegal, Purbalingga, dan Kebumen. 

Penggunaan istilah dalam bahasa Inggris tidak seefektif jika menggunakan bahasa ngapak di daerah tersebut, sebab tidak semua orang mengerti istilah dalam bahasa Inggris. Sehingga penggunaan bahasa daerah akan lebih efektif dan efisien bagi masyarakat yang tidak mengerti bahasa Inggris.


Sumber: youtube.com

Pada video di atas menggunakan bahasa Jawa dialek Malang. Pesan yang disampaikan adalah tindakan pencegahan virus corona dengan melakukan cuci tangan pakai sabun dan jangan ke luar rumah. Penyampaian pesan dengan menyulihkan suara film Korea dengan bahasa Jawa dialek Malang.

Penyampaian pesan dengan media video tersebut lebih mudah diterima masyarakat, terlebih masyarakat di Malang atau yang mengerti bahasa Jawa dialek Malang, sebab dengan menggunakan tema humor maka pesan yang disampaikan akan lebih diterima tanpa paksaan. Dengan catatan, penambahan unsur humor tidak sampai mendistorsi pesan yang disampaikan, sehingga tidak sampai menimbulkan multitafsir.

Sumber: youtube.com 

Video di atas merupakan salah satu video sosialisasi tentang corona dengan bahasa Bali. Tema yang digunakan adalah humor dan bahasa ringan yang digunakan masyarakat sehari-hari.

Penyampaian pesan dengan bahasa ringan dan tema humor ini lebih mudah dicerna oleh masyarakat. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Bali, namun terdapat terjemahan di bagian bawah video. Sehingga semua orang dapat mengerti pesan yang disampaikan.

Simpulan

Kesalahan pemahaman istilah-istilah asing terkait pencegahan virus corona bisa menimbulkan multitafsir. Multitafsir ini dapat terjadi pada penerima pesan dikarenakan beberapa hal, seperti perbedaan tentang pemahaman suatu bahasa, pendidikan, budaya, dan usia.

Pemerintah daerah sebaiknya menerjemahkan istilah-istilah asing ke dalam bahasa daerah masing-masing yang lebih mudah dipahami masyarakat sampai pada tingkat RT/RW dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat agar dapat tersosialisasikan dengan baik mengenai bahaya virus corona dan bagaimana cara pencegahannya.

Kita sebagai bangsa yang besar harus bisa menerapkan trigatra di ruang publik, yaitu meliputi penggunaan bahasa Indonesia di semua bidang di negeri ini, pelestarian bahasa daerah, dan yang tidak kalah penting adalah penguasaan bahasa asing.

ITA_GKA76

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun