Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Gegar Budaya "Cinta dan Romantisme" di Italia

25 Oktober 2017   01:07 Diperbarui: 25 Oktober 2017   10:54 4287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Italia, dengan segala romantismenya, arsitektur jaman renaissance, seniman jalanan, anggur, pasta dan orang-orangnya yang hobi mengumbar kata-kata manis untuk mengagumi keindahan fisik selain kata-kata umpatan yang tidak bisa saya tuliskan di sini.

Kalau sedang jalan di Bologna dan kebetulan hari itu sedang tampil agak sedikit cantik jangan heran kalau ada pria Italia yang sedang jalan tiba-tiba berhenti dan langsung memberikan pujian "bella, molto bella !" Bahkan ada juga yang langsung mengajak minum kopi di kafe terdekat. Hal semacam itu biasa saya dapati ketika saya selesai Jogging atau ketika saya sedang memakai riasan wajah dan baju yang agak bagus untuk acara aperitivo (makan malam perasmanan) dengan teman.

Wanita mana yang tidak meleleh ketika ada pria Italia yang cenderung menonjolkan maskulinitas dan selalu menjaga bentuk tubuh serta penampilannya, tiba-tiba langsung setengah berteriak memuji kecantikan anda di depan umum. Langsung tiba-tiba saya merasa secantik Monica Belluci dengan segala sensualitasnya. "Grazie" alias terima kasih jawab saya sambil senyum-senyum sendiri kalau mendapati hal tersebut. 

Untuk urusan memperlakukan wanita, terutama saat masa-masa pendekatan, pria-pria Italia ini memang layak diacungi empat jempol, dua jempol tangan dan dua jempol kaki. Dari mulai mengumbar kata-kata yang aduhai semacam "Buongiornoprincipesa!" (Selamat pagi putri), "Buona Noteamore!" (Selamat malam cinta) dan tesoro mio (sayangku), memasak untuk si wanita sampai hal-hal kecil lainnya seperti membukakan pintu, menggandeng tangan, mentraktir makan, dan bantuan-bantuan kecil lainnya seperti membantu mencarikan apartmen dan mengirimkan list rekomendasi restoran dan tempat wisata.   

Kalau yang belum paham perilaku pria-pria Italia ini pasti klepek-klepek dibuatnya. Apalagi dengan penampilan fisik mereka yang terjaga karena sering olahraga dan diet. Ditambah lagi kebiasaan pria Italia yang hobi mix & match baju dan aksesorisnya semacam syal, sepatu dan kaca mata. Kaum wanita bisa dibuat pusing begitu  ada pria Italia mendekat. 

Tapi jangan heran kalau sedang jalan berdua dengan pria Italia, tiba-tiba matanya melihat ke arah wanita lain selain pasangannya yang digandeng. Bahkan saat saya sedang menumpang mobil bersama pasangan paruh baya si suami tidak segan-segan teriak ke arah seorang wanita muda yang sedang jalan "Che Bella!". Padahal di sebelahnya ada istrinya.  

Istrinya hanya tertawa melihat perilaku suaminya itu lalu menepuk pundak suaminya dengan pelan. Mungkin kalau itu terjadi di Indonesia pasangan itu sudah masuk di berita koran Poskota, untuk berita pembunuhan suami atau balas dendam istri terhadap suami di kolom Nah Ini Dia.

Aperitivo di via Zamboni Bologna. Sumber : seemytravels.com
Aperitivo di via Zamboni Bologna. Sumber : seemytravels.com
Jangan heran pula setelah jalan kedua atau ketiga kali dengan pria Italia lalu langsung diajak tidur bersama. Karena konsep yang berbeda tentang "cinta" antara dunia timur dan barat. Untuk mereka, pasangan yang saling suka bisa tidur bersama lalu tinggal bersama tanpa adanya ikatan pernikahan.  

Sedangkan untuk dunia timur terutama sebagian besar masyarakat Indonesia hal tersebut adalah hal yang tabu. Sedikit susah untuk menerangkan konsep ini ke orang-orang Italia, apalagi kepada mereka yang belum pernah jalan-jalan ke wilayah lain selain Eropa. Salah seorang teman saya, seorang pria Italia bahkan menganggap konsep no sex before married itu hanya ada di abad ke -17. Lalu menganggap wanita yang saat ini memilih hal tersebut berada dalam tekanan dogma dan budaya.  

Kalau jalan-jalan di kota-kota di Italia lumrah didapati pasangan yang sedang PDA (public display affection) alias bercumbu di tempat umum. Dari mulai cium kening, cium bibir, cium bibir sampai bunyi, pelukan standar sampai pelukan yang benar-benar menempel dan pangku-pangkuan. Awal-awal tinggal di Italia seorang teman saya selalu istighfar dan memalingkan muka kalau melihat ada pasangan yang PDA. Paling apes untuk para jomblo   yang kuliah di Italia, paling-paling hanya bisa menelan ludah dan perasaan ngenes apalagi kalau menjalani hubungan LDR (long distance relationship) lebih baik sering di dalam rumah, karena di perpustakaan pun ada juga pasangan yang cium-ciuman dan peluk-pelukan.

Sepasang kekasih di Piazza Nettuno Bologna. Sumber : loveandlondon.com
Sepasang kekasih di Piazza Nettuno Bologna. Sumber : loveandlondon.com
Paling sial lagi kalau ada teman serumah membawa pacarnya lalu terdengarlah suara berisik mendesah-desah dari dalam kamarnya. Teman saya pernah mengeluhkan hal tersebut dan bertanya bagaimana cara menegur teman satu asramanya yang seringkali berisik saat membawa pacarnya. Kalau hal tersebut  terjadi, biasanya di tegur dengan bilang kalau mau bawa pacar kasih tahu dulu sebelumnya jadi kita-kita yang jomblo ini bisa keluar rumah. Atau bisa juga minta si orang yang bersangkutan menyetel musik, jadi berisiknya pasangan  yang sedang memadu kasih itu bisa tertutupi suara musik.

Romantisnya Italia belum lengkap tanpa adanya pasangan lanjut usia yang jalan berdua sambil bergandengan tangan. Seorang teman saya, seorang bapak-bapak Indonesia yang sudah berkeluarga dan saat ini sedang kuliah di Bologna sampai bergumam "Romantis ya di sini, sudah tua jalan masih gandengan tangan".

Begitulah gambaran kehidupan percintaan di Italia. Beberapa mahasiswa Indonesia di Italia ada yang sudah mengikuti gaya hidup Italia namun ada pula yang masih mempertahankan nilai-nilai ketimuran. Kembali lagi semua adalah pilihan hidup dan setiap manusia bebas memilih nilai-nilai hidup yang  mereka yakini. 

 

Penulis adalah mahasiswa program MBA di Bologna Business School-Universitas Bologna

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun