Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sektor Manufaktur di Indonesia dan Purchasing Managers Index (PMI)

17 Oktober 2024   15:37 Diperbarui: 17 Oktober 2024   16:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.id

Industri manufaktur termasuk tulang punggung ekonomi suatu negara.

Contoh industri manufaktur adalah industri penerbangan (aircraft), mobil, komputer, buku, tekstil, obat-obatan, alat kesehatan, dan pabrik-pabrik lainnya.

Sektor manufaktur yang bertumbuh dengan baik tentu akan berpengaruh secara positif pula kepada aspek ekonomi yang lain, di antaranya dalam bentuk:

  • Peningkatan pendapatan per kapita
  • Penurunan angka pengangguran
  • Menurunnya tingkat kemiskinan

Walaupun memang pada awalnya, sektor pertanian berperan besar pada perekonomian di Indonesia, namun kontribusi sektor pertanian ini terus menurun dari tahun ke tahun. Dengan sekitar 31% total tenaga kerjanya berada di sektor pertanian, ternyata kontribusi sektor tersebut kini hanya sekitar 13% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto).

Bandingkan dengan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB yang sebesar 20,2% di tahun 2017.

Salah satu indikator penting di sektor ini adalah PMI (Purchasing Managers' Index) atau Indeks Manajer Pembelian Manufaktur. Indeks ini merupakan angka yang merepresentasikan kondisi sektor manufaktur pada suatu negara.

Intinya, jika suatu negara memiliki angka PMI di bawah 50, maka hal tersebut merupakan pertanda bahwa perekonomian dalam keadaan tidak baik-baik saja akibat lesunya sektor manufaktur. Sebaliknya, apabila PMI di atas level 50 maka industri manufakturnya dalam kondisi solid atau kuat.

Maka cukup mengkhawatirkan, jika PMI di Indonesia akhir-akhir ini berada pada level 48,9 (Agustus 2024). Gambaran terkontraksinya sektor (industri) manufaktur di Indonesia ini terbukti dengan turunnya kinerja ekspor, nilainya melorot 6,38% (September 2024).

Namun ternyata fenomena penurunan PMI ini memang terjadi di beberapa negara lainnya, di antaranya merupakan mitra dagang utama/ strategis dari negara kita.

Ada pun datanya sebagai berikut:

PMI September 2024 di China: 49,3% (turun)

PMI di Amerika Serikat: 47,3

PMI Agustus 2024 di Jepang : 49,8 (turun)

PMI Agustus 2024 di Jerman: 42,4

PMI Agustus 2024 zona Euro : 45,8 (turun)

PMI di India: 57,5

Walau PMI India memang masih di atas 50, angka indeks itu sebenarnya telah mengalami penurunan dari level 58,1 di bulan sebelumnya (Juli 2024).

Penyebab penurunan sektor manufaktur:

  • Permintaan yang melemah
  • Pasar yang lesu
  • Pesanan dari luar negeri yang menurun
  • Perlambatan perekonomian suatu negara

Akibat penurunan sektor manufaktur:

  • aktivitas pabrik dikurangi
  • ancaman PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) mulai tampak 

Berangkat dari fakta di atas, maka sebaiknya Pemerintah jangan sampai menambah buruk situasi sektor manufaktur tersebut. Walau bisa dikatakan industri manufaktur di negara kita masih minim, toh masih banyak jalan untuk memaksimalkan kinerja sektor tersebut tanpa mengabaikan sektor unggulan lainnya.

 Simber tulisan: dirangkum dari berbagai media

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun