Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Angsa Hitam dan Kita: Mengenal Istilah 'Black Swan Event'

7 Juni 2023   17:46 Diperbarui: 7 Juni 2023   17:50 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

P e n d a h u l u a n

COVID-19 yang menelan banyak korban jiwa lintas negara adalah peristiwa angsa hitam!!!

Invasi Rusia ke Ukraina yang merisaukan nurani dunia adalah peristiwa angsa hitam!!

Kejatuhan Silicon Valey Bank mengguncang sistem perbankan internasional adalah peristiwa angsa hitam!

Sebenarnya, apa itu peristiwa angsa hitam (Black Swan Event)?

Secara umum, karakter atau ciri dari Black Swan atau Black Swan Event adalah:

  • Terjadi di luar dugaan atau tidak terprediksi, di luar kendali, susah ditebak
  • Mengakibatkan kegemparan yang bersifat buruk/ negatif
  • Mengejutkan dalam skala kecil (regional, atau nasional), atau bisa jadi lebih luas lagi skala internasional
  • Jarang terjadi
  • Dampaknya besar/ masif (bukan hanya persitiwanya, tetapi juga efeknya yang bersifat negatif). Contohnya adalah pandemi mengakibatkan resesi ekonomi)
  • Efek tersebut terus meluas, dan tidak bisa 'disembunyikan'
  • Pada akhirnya, efek tersebut bisa menimbulkan gejolak
  • Random
  • Fenomena langka
  • Belum pernah terjadi sebelumnya

Black Swan bisa terjadi pada sektor apa saja: kesehatan, politik, geopolitik, keuangan, atau pun teknologi.

A s a l - U s u l

Semua angsa yang ada di suatu zaman yang lalu, di suatu daerah tertentu, dianggap selalu memiliki bulu berwarna putih. Seiring dengan waktu yang berjalan (atau bahkan berlari kencang?), maka eksplorasi-eksplorasi yang dilakukan manusia akhirnya menemukan angsa berbulu hitam. Saat itu pun, mereka mengakui eksistensi angsa hitam pada habitatnya di Australia.

Urutan 'linimasa'-nya (time-line) pemahaman dan penggunaan istilah Black Swan Event, kurang lebih sebagai berikut:

1. Juvenal, penyair Romawi abad kedua, bersyair satire,"Rara avis in terris nigroque simillima cygno".

Kira-kira jika diterjemahkan secara bebas, satir tersebut berbunyi :

  "Di dunia ini hanya ada angsa putih (sejauh yang diketahui/ penglihatan manusia saat itu), tetapi mungkin saja ada terdapat angsa hitam, dan kalau pun ada, maka angsa hitam tersebut merupakan hewan (burung / unggas) yang langka",

2. Kemudian, Willem de Vlamingh, seorang penjelajah Belanda menemukan angsa hitam di habitatnya di Sungai Swan, Perth, Australia (1697), maka orang-orang pun baru percaya bahwa angsa hitam ternyata bukanlah sekadar mitos belaka.

3. Selanjutnya, Nassim Nicholas Taleb, seorang pakar matematika statistika Amerika Serikat berdarah Lebanon, mengembangkan teori "Black Swan" lebih jauh, lewat bukunya "Black Swan" (2007).

Secara khusus Taleb mendeskripsikan tiga karakter utama dari Black Swan ini, yakni:

  • 1. Peristiwanya di luar nalar
  • 2. Efeknya ekstrim
  • 3. Pasca peristiwanya - melalui proses restropeksi -- kejadian tersebut, menjadi berbalik, yakni mudah dipahami dengan nalar

Namun agaknya, besaran efek angsa hitam ini bisa mencakup hanya skala nasional, regional, atau bahkan global.  Juga, anggapan terjadi atau tidaknya dari Black Swan ini tergantung dari perbedaan sudut pandang setiap bangsa/ penduduk, juga tergantung pada sisi (angle) observasi.

Berpijak dari perbedaan-perbedaan tersebut, maka tak heran jika para ekonom memiliki sudut pandang  yang berlainan dalam memandang suatu fenomena angsa hitam: ia bisa dianggap benar-benar Black Swan, atau sekadar 'Grey Swan' (meragukan), atau bahkan 'White Swan' (normal) belaka.

 P e n u t u p

Di awal peristiwa Black Swan, sang angsa hitam hanya dianggap kejanggalan.

Maka, dari yang dianggap tidak ada, ternyata menjadi ada. Dari yang dianggap mustahil, menjadi realisasi yang tak nihil.

Kemudian di ujung peristiwa, si angsa hitam itu pun diterima menjadi sebagai hal yang lumrah dan jamak.

Sang angsa hitam bisa saja berubah menjadi angsa yang berbulu abu-abu, atau bahkan menjadi sosok angsa putih kembali.

Segalanya, tampak begitu 'relatif'.

Karenanya, kita harus selalu memikirkan manajemen resiko, selalu mempersiapkan diri alih-alih berlalai akan segala kemungkinan bentuk krisis yang ada di hadapan kita.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Angsa_Hitam

https://www.qubisa.com/article/teori-black-swan

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220322093740-4-324772/menko-airlangga-ungkap-ada-black-swan-ekonomi-dunia

https://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/577a5e59f97a614c152c405d/berkunjung-ke-taman-firdaus-angsa-hitam

Sumber: https://www.kompas.id/baca/kolom/2022/05/01/invasi-rusia-dan-kegagalan-menangkap-teori-black-swan-1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun