Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Angsa Hitam dan Kita: Mengenal Istilah 'Black Swan Event'

7 Juni 2023   17:46 Diperbarui: 7 Juni 2023   17:50 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pintu.co.id/blog/black-swan-event

1. Juvenal, penyair Romawi abad kedua, bersyair satire,"Rara avis in terris nigroque simillima cygno".

Kira-kira jika diterjemahkan secara bebas, satir tersebut berbunyi :

  "Di dunia ini hanya ada angsa putih (sejauh yang diketahui/ penglihatan manusia saat itu), tetapi mungkin saja ada terdapat angsa hitam, dan kalau pun ada, maka angsa hitam tersebut merupakan hewan (burung / unggas) yang langka",

2. Kemudian, Willem de Vlamingh, seorang penjelajah Belanda menemukan angsa hitam di habitatnya di Sungai Swan, Perth, Australia (1697), maka orang-orang pun baru percaya bahwa angsa hitam ternyata bukanlah sekadar mitos belaka.

3. Selanjutnya, Nassim Nicholas Taleb, seorang pakar matematika statistika Amerika Serikat berdarah Lebanon, mengembangkan teori "Black Swan" lebih jauh, lewat bukunya "Black Swan" (2007).

Secara khusus Taleb mendeskripsikan tiga karakter utama dari Black Swan ini, yakni:

  • 1. Peristiwanya di luar nalar
  • 2. Efeknya ekstrim
  • 3. Pasca peristiwanya - melalui proses restropeksi -- kejadian tersebut, menjadi berbalik, yakni mudah dipahami dengan nalar

Namun agaknya, besaran efek angsa hitam ini bisa mencakup hanya skala nasional, regional, atau bahkan global.  Juga, anggapan terjadi atau tidaknya dari Black Swan ini tergantung dari perbedaan sudut pandang setiap bangsa/ penduduk, juga tergantung pada sisi (angle) observasi.

Berpijak dari perbedaan-perbedaan tersebut, maka tak heran jika para ekonom memiliki sudut pandang  yang berlainan dalam memandang suatu fenomena angsa hitam: ia bisa dianggap benar-benar Black Swan, atau sekadar 'Grey Swan' (meragukan), atau bahkan 'White Swan' (normal) belaka.

 P e n u t u p

Di awal peristiwa Black Swan, sang angsa hitam hanya dianggap kejanggalan.

Maka, dari yang dianggap tidak ada, ternyata menjadi ada. Dari yang dianggap mustahil, menjadi realisasi yang tak nihil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun