Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

THR, Janganlah Ditunda-tunda...

3 April 2022   20:33 Diperbarui: 3 April 2022   20:36 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan suci Ramadhan nan penuh barokah telah tiba. Segala nafsu duniawi perlu ditepikan. Kepentingan fana digeser sejauh-jauh jarak. Sejalan dengan dirobohkannya nafsu tak baik, fundamental fitriah kembali dimunculkan untuk ditata apik.

Kala kulit jiwa tampak kusam oleh dosa berusia sebelas bulan, maka konsistensi berupa penyucian diri tampak penting dan memang diperlukan.

Siang ber-siam menahan lapar, malam terjaga untuk menikmati begitu beragam pilihan amalan yang tersaji, dalam gerakan yang kontinyu untuk mengingat sang Pencipta, dijadikan wahana pemupukan kebajikan dan penyucian diri agar tak gagap ketika mengolah kata dalam doa.

Para penyintas dari ujian Ramadhan pun - seusai menuntaskan puasa - akan kembali dihadapkan pada suatu kenyatan duniawi, yakni kebutuhan akan perayaan kemenangan itu sendiri.

Amat wajar rasanya untuk kembali kepada hasrat atas memanjakankan diri dan keluarga. Bisa berupa makanan lezat yang bercirikan ketupat, ataupun mengelokkan jasmani dengan gaun-gaun bersih dan wangi, atau juga mendokumentasikan dalam memori wajah-wajah yang lama tak bersua. Kesemua itu dikemas dalam satu momentum yang dapat menguatkan kebersamaan, yakni silaturahmi/ saling berkunjung  - termasuk tradisi mudik -- yang diharapkan akan meluluhkan semua prasangka dan khilaf  kepada kawan dan kerabat, sekaligus menyambung tali kasih atas sesama.

Namun tentunya dengan pembatasan (constraint) berupa pendapatan individu dalam bentuk mata uang, maka kebutuhan akan tambahan pundi-pundi tersebut 'terpaksa'  menjadi daya magnet untuk mencari penghasilan ekstra sebelum Hari Idul Fitri tiba.

Tak ayal, THR (Tunjangan Hari Raya) memang paling dinanti oleh kaum pekerja pada saat-saat ini. Penghasilan non upah, yang sering disebut juga gaji ke-13 atau gaji ke-14 ini telah menjadi kewajiban yang harus dibayarkan perusahaan/ employer kepada para karyawannya/ employee.

THR ini berhak diterima oleh karyawan/ buruh, juga termasuk pada entitas di lingkungan PNS (Pegawai Negri Sipil), ASN (Aparatur Sipil Negara), POLRI, TNI, yang telah menjalani masa kerja 12 bulan atau lebih, dengan besaran satu bulan upah (bahkan para pensiunan).

Perihal tersebut sama dengan yang berlaku di Saudi Arabia . Sedangkan di Vietnam, pembayarannya dilakukan sebelum hari Imlek atau Lunar New Year. Di Mexico misalnya, gaji ke-13 dibayarkan tepat tanggal 20 December, untuk menyambut hari Natal.

Tak ayal lagi, sangat terpahami bahwa THR memang benar-benar menjadi 'THR'(Taman Hiburan Rakyat) bagi umumnya masyarakat luas, alias Tambahan yang mengHibur Rakyat.

Hal yang patut digarisbawahi adalah ketepatan waktu pembayaran dari THR ini, yakni sekitar seminggu atau tujuh hari sebelum Lebaran tiba, sesuai yang diwajibkan Pemerintah. 

Para employer/ perusahaan seharusnya tidak mencicil ataupun menunda pemberian THR ini kepada staf/ karyawannya, tanpa banyak pertimbangan lagi. 

Hal ini guna menjaga daya beli pekerja, agar tidak mengimbas secara negatif, baik terhadap individu itu sendiri, atau meluas hingga ke skala nasional (PDB/ Produk Domestik Bruto).

Sungguh menyedihkan jika signifikansi pelemahannya, terasa di tengah selebrasi kemenangan besar pada hari Raya. Bisa saja dengan penundaan/ penyicilan THR tersebut, maka present value/ PV (nilai saat ini) dari THR akan perlahan mengempis sejalan dengan waktu, yang mampu menggerogoti kebahagiaan hari-hari menjelang mudik mereka.

Present value yang dimaksudkan adalah nilai masa depan dari sejumlah nominal uang yang telah tergerus inflasi, suku bunga, tingkat diskonto, dibandingkan nilainya saat ini. Dengan kata lain, sejumlah uang pada saat ini/ hari ini, akan berkurang nilainya jika dibayarkan di masa depan. Kurang lebih begitu.

P e n u t u p

Walau tak sama persis dengan kemeriahan Ramadhan pada era pra-pandemi, namun kebahagiaan puasa plus Lebaran di  tahun 1443 Hijriah ini pun, dengan seijinNya akan tetap solid dan berlimpah berkah. Sebuah perayaan memang lazimnya penuh euforia, tetapi hendaknya tidak berlebihan.

Sebagaimana menyegerakan berbuka adalah satu perihal yang baik dan amat disarankan, demikian pula penundaan atas pelunasan suatu kewajiban hanya akan mendatangkan lebih banyak aspek mudharatnya (kerugiannya) dibandingkan manfaat/ kebaikannya. Tentu ini berlaku juga terhadap penundaan amalan ataupun niat baik, karena itu diharapkan niat baik tersebut disegerakan implementasinya.

Sumber:

1. THR jangan dicicil atau ditunda

2. Gaji ke-13

3. Present Value  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun