Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Bijaksana Memilih: Digital Gula vs Digital Sayuran

18 Januari 2022   15:10 Diperbarui: 20 Januari 2022   09:49 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption: argos.co.uk 

     Berselancar  di dunia online memang sangat mengasyikkan bagi sebagian besar orang. Tak heran jika pertumbuhan dunia digital atau internet semakin meraksasa. Hal ini mewajibkan kita sebagai individu atau sebagai orang tua bahkan, untuk cerdas dalam memilah-milah penggunaan internet agar selalu aman (safe), penuh pertimbangan yang bertanggung jawab (responsible), dan juga bijaksana (wise).

     Eksplorasi di depan layar komputer memang bukan hanya sekadar meng-klik suatu web, mengonsumsi kontennya, dan memercayainya. Pemilihannya juga ternyata penuh muslihat (tricky). Banyak website yang bermanfaat dan bermutu, namun yang merugikan mental juga tak kalah jumlah. Masalahnya bukan berhenti hanya pada pengoptimalan pemilihan situs atau konten, tetapi juga di dalam menyikapi menduanya wajah internetan, yakni laman-laman yang menjanjikan konten-konten yang positif atau bermaslahat, namun ternyata di dalamnya turut disisipkan hal-hal yang negatif atau kurang baik. Ancaman situs berwajah 'poker face' - yakni suatu web yang tampaknya wajar dan biasa saja dari luar, namun ketika user (pemakai internet) tergiring masuk ke dalam webnya ternyata ditemukan hal-hal yang merugikan dan tak lazim - semakin meningkat. Kerugian tersebut bisa berbentuk kebocoran data user secara ilegal, perundungan siber (cyberbullying) hingga eksploitasi seksual, dan masih banyak lagi permasalahan daring (online issues) lainnya.

      Problematika tersebut bertumbuh pula pada dunia anak-anak. Sekalipun sudah dibuatkan parental lock dan sebagainya untuk mengatasi dilema ini, namun masih tetap terdapat celah, misalnya saja karena karena kemudahan aksesnya di luar rumah.

Permasalahan ini bahkan telah diakui hingga pada skala global, terbukti dengan diperingatinya Safer Internet Day (SID) atau Hari peringatan penggunaan internet yang aman, yang ditetapkan setiap tanggal 8/9 Februari pada setiap tahunnya.

     Di dunia dewasa, para user atau pengguna jaringan digital tentulah lebih bebas dan leluasa di dalam menjelajahi dunia maya tersebut. Apalagi pada masa pandemi yang nyaris tak berhenti seiring dengan rentetan merebaknya berbagai mutasi virus COVID-19. Dibatasinya mobilitas secara paksa ini, malahan menjadikan orang-orang semakin memiliki waktu ekstra untuk menjelajah walau hanya bersifat virtual ataupun berinteraksi searah maupun dua arah walau hanya secara online.

     Menurut sumber, jenis digital media ini secara sederhana bisa dibagi menjadi dua kategori yang saling bersifat kontradiksi satu sama lainnya, yakni:

1. Situs manis/ gula (Digital Sugar)

Web dengan konten menarik, namun tak berfaedah jika diakses secara berlebihan. Analoginya serupa dengan mengonsumsi gula dalam menu sehari-hari. Olahan dengan kandungan gula memang selalu menggoda untuk dikonsumsi karena rasa manisnya nan legit, menyenangkan, dan sungguh atraktif untuk di-indra. Demikian pula, menu yang disajkan di jejaring daring.

Contoh situs semacam ini misalnya permainan/ gaming, pornografi, taruhan online, ataupun sosial media yang tak berkaitan dengan dunia pekerjaan.

2. Situs sehat/ sayur-mayur (Digital Veggies)

Web yang mengandung 'mineral dan vitamin' bagi pikiran maupun rohani. Namun sebagaimana sayuran yang memiliki rasa tawar, getir, bahkan terkadang langu (Bahasa Jawa), maka kendatipun mengonsumsi sayuran itu amat menyehatkan namun tidak serta-merta sayuran itu dijadikan sebagai menu favorit. Biasanya, web sehat ini tidak mengandung keasyikan (fun) dan tidak mudah dicerna. Contoh jejaring semacam ini biasanya terkait dengan edukasi, terapi online, dan sebagainya.

     Lebih jauh lagi, situs yang menawarkan kemanisan (Digital Sugar) di atas, kebanyakan bersifat mampu meningkatkan perilaku adiksi, jika diakses secara berlebihan (dihitung dalam jam penggunaan, misalnya). Perilaku kecanduan ini bisa saja memicu perasaan bersalah bagi sekelompok orang penggunanya. Kala pembiaran ini terus berlangsung, ke depannya akan sangat berbahaya. Salah satu solusi terbaik untuk hal tersebut tentunya adalah dengan terus memelihara kewarasan nalar, berpikir jernih, atau bahkan disarankan untuk merujuk kepada bantuan yang kredibel, ofisial, dan reliabel, misalnya kepada psikolog ataupun psikiater.

PENUTUP

Sebagaimana halnya paradigma pada aspek-aspek kehidupan lainnya, maka: kebebasan bukan berarti kebablasan.

Juga, kita harus berhati-hati ketika mencari maslahat, agar tak terjebak pada muslihat.

Sumber: https://www.bbc.com/news/business-58979895

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun