Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Money

Teori Konsumsi: Antara Kartu Kredit dan Kartu Debit

29 April 2018   18:23 Diperbarui: 29 April 2018   18:40 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang garis A -- B : adalah posisi preferensi untuk konsumen tipe penabung. Artinya ia tidak menghabiskan seluruh gajinya di bulan Januari itu ( C < Y ) sehingga masih mampu menabung saldo/ sisa pendapatannya untuk dikonsumsi di periode berikutnya (bulan Pebruari).

Selain parameter 'waktu', maka variable suku bunga juga menjadi penentu utama. Peran suku bunga  ini adalah sebagai pen-diskonto, untuk memperoleh nilai dari Net Present Value/ NPV.

Agar lebih detail, penulis akan mengambil dua contoh kisah.., eh kasus...

Kasus I. Kartu Kredit

Tersebutlah si X, yang berada di tepi jurang tanggal tua, dimana uang gaji Januari telah terkuras habis untuk memenuhi kebutuhannya. Sayangnya, justru saat itulah, si X merasa kepincut, menginginkan satu gadget/ gawai baru. Dan, kini ia tengah berada di toko HP tersebut, menimang-nimang barang idamannya tersebut.

Kala ia mengemukakan kendala kantong kempisnya ini, mbak SPG tak kehilangan akal. Ia langsung berujar bahwa pembayaran dapat saja dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. Dengan pembebanan bunga sekian persen, tentunya.

Peribahasa 'besar pasak daripada tiang' pun segera dinafikan oleh hasratnya sendiri, walau sesaat tadi terngiang-ngiang di telinganya sejenak. Si X pun menyetujui transaksi tersebut.

Ilustrasi kisah di atas yaitu:

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar 3. Kartu kredit, please...

Dengan demikian pola konsumsi si X ada di titik D, yakni memaksakan diri untuk mengkonsumsi lebih dini atas hak penggunaannya di masa depan.

Kasus II. Kartu Debit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun