Masalah ini tidak fatal tetapi mengganggu dan memberi kesan kurang professional.
Salah satu contohnya adalah penerjemahan istilah 'crumb' atas crumb rubber, apakah terjemahannya remah atau rempah? Menilik gambar fisiknya sih, seharusnya diartikan sebagai 'remah', bukan 'rempah'.
Kerancuan seperti ini tidak boleh diremehkan. Apalagi jika penelitian tersebut dipublikasikan secara resmi/ akademis. Penerjemahan istilah teknis atas kata tertentu, harus disepakati pemberlakuannya oleh semua pihak.
(Resapkan sejenak, bahwa kata 'rempah-rempah karet' tidak begitu nyaman terdengar. Kayak ada nuansa bumbu dapurnya, gitu...)
2. DATA yang tak sinkron antara satu sumber dengan sumber yang lain.
Misalnya data yang dirilis BPS dan Kemtan.
Hal ini bisa menimbulkan kegamangan bagi calon pengguna data.
Misalnya masalah data ekspor dan impor karet untuk tahun 2016 seperti gambar di bawah ini: