Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Money

Kurva Penawaran: Model Sticky-Wage

8 April 2018   16:34 Diperbarui: 8 April 2018   16:43 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Kurva penawaran: Mikroekonomi

Definisi umum dari kurva penawaran (Supply curve) yakni kurva yang merepresentasikan keterkaitan kuantitas barang yang 'berkenan' disuplai oleh pihak produsen (sumbu x) pada masing-masing tingkat harganya (sumbu y).

Kurva penawaran memiliki slope positip (upward): melereng dari kiri bawah ke kanan atas.

Interpretasinya, ketika harga barang bertambah mahal/ tinggi, maka produsen semakin semangat untuk menambah jumlah  pasokan hasil produksinya.

Pada umumnya bentuk kurva ini diperoleh dari data mentah, yang kemudian dibuatkan tabelnya. Dengan mem-plot kedua variabel tersebut di atas - yakni harga dan jumlah barang - maka akan diperoleh kurva penawarannya.

Kurva penawaran dalam koridor mikroekonomi, diperoleh dari kurva Marginal Cost (MC) dari satu produsen/ perusahaan atau bisa juga satu sektor industri tertentu. Bagian MC yang diambil hanyalah sebagian tertentu (penggalan), yakni dimulai dari perpotongan MC dengan titik minimum kurva Average Total Cost/ ATC (sebagai batas bawahnya).

Agregasi atau penjumlahan dari berbagai penggalan MC atas banyak produsen itu pun membentuk kurva penawaran industri/ sektor terkait.

https://www.slideshare.net/opaprb/ch07-6490726
https://www.slideshare.net/opaprb/ch07-6490726
Gambar 1.

Kurva Penawaran : Makroekonomi

Fokus tulisan ini adalah pada pembahsan kurva penawaran dari kacamata makro, bukan mikro, dalam sistim perekonomian. Ada beberapa cara untuk membacanya. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan 'Sticky-wage Model'. Umumnya, model ini berlaku untuk jangka pendek saja.

Kita bangun dulu asumsi-asumsi yang mendasari model ini, yakni:

1. L = Ld (W/P)

Artinya, jumlah tenaga kerja ditentukan oleh pihak produsen. Dengan demikian, kurva permintaan atas buruh-lah yang menentukan. Kurva penawaran dari pihak buruh tidak memiliki kuasa apa-apa.

Pihak buruh tidak bisa menolak ketika diminta bekerja, dan juga tidak bisa menuntut kenaikan upah ketika terjadi inflasi dalam perekonomian.

2. Y = f(L)

Tingkat output ditentukan oleh fungsi produksi atas satu jenis input saja yakni buruh/ pekerja (modal/ capital tidak diperhitungkan disini, ceteris paribus).

Walhasil, makin banyak buruh bekerja, maka semakin banyak pula hasil produksinya (barang produknya).

Kemudian, kita tuliskan rumusnya (destinasi final) dari kurva penawaran.

Y = Ȳ + α (P – Pe)

Keterangan:

Y  : output

Ȳ : natural rate dari output

α : slope

P : tingkat harga

Pe : ekspektasi tingkat harga

Selanjutnya, kita bikinkan gambarnya:

Ilustrasi: dari buku
Ilustrasi: dari buku
Gambar 2.

Mekanisme cara bekerja:

Di dalam model sticky-wage, upah nominal sangat rigid (tidak terpengaruh) walau terjadi perubahan tingkat harga sekali pun. Ini akibat kontrak yang telah dibuat ketika seorang pekerja diterima untuk mulai bekerja, dan perjanjian tersebut berlaku untuk sekian waktu ke depannya.

Karena itulah tingkat upah nominal kaum pekerja tersebut diistilahkan 'sticky' atau lengket, setia pada tingkat awalnya. Upah tidak bisa menyesuaikan diri atau berubah seketika, dalam merespon peningkatan harga yang terjadi.

Dalam kondisi demikian, ketika ada kenaikan harga, upah nominal yang stagnan tersebut akan tergerogoti. Mau tak mau, upah riil-nya langsung melorot nilainya.

Pada gilirannya, ini menimbulkan sensasi pada pihak produsen, bahwa seolah-olah menyewa buruh itu lebih murah sekarang. Tak ayal, ini membuat perusahaan tertarik untuk menambah lebih banyak lagi tenaga kerja.

Tentu saja, tambahan pekerja inilah yang pada akhirnya memang menghasilkan produksi berlipat. Maka output pun dikatakan meningkat.

Nah, jika kedua kurva tersebut (kurva permintaan tenaga kerja dan kurva fungsi produksi) digabungkan, maka akan diperoleh kurva penawaran agregat (supply curve).

Arah pergerakan tingkat harga (sering diidentikkan dengan laju inflasi) yang berbarengan dengan tingkat output-nya ini direpresentasikan oleh arah dan besaran 'slope' dari kurva penawaran.

Arah slope yaitu mengarah ke kanan atas atau upward. Ini persis sama dengan kurva penawaran dalam mikroekonomi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Isu di atas cukup menarik, karena implementasi atas model sticky-wage masih cukup realistis pada jaman sekarang. Indikasinya adalah tingkat upah nominal yang kaku. Apa alasan upah tampaknya susah menyesuaikan, dan ogah lentur? Secara alami, ketika terjadi inflasi, seharusnya para pekerja juga meminta kenaikan gaji untuk mengimbangi barang-barang yang semakin mahal di luar sana.

Nah, ini salah satu kemungkinannya adalah akibat bargaining power yang lemah, atau belum adanya serikat/ union pekerja yang benar-benar 'bertaring' untuk menawar. Kalau pun ada amat jarang.

Namun juga perlu diingat, maraknya demo menuntut kenaikan upah pun, bukan pula merupakan ikhtiar yang bijak untuk melawan nominal wage yang terpaku kaku. Malah cenderung tidak kondusif untuk iklim usaha.

Penutup

Oya, keluar dari rel pembahasan dulu ya. Belajar dari 'pengalaman' di atas, terlihat bahwa pihak produsen jadi tertarik merekrut ketika harga tenaga kerja menjadi turun alias lebih murah. Timbul demand pada sesuatu yang tidak jual mahal.

Bagaimana ya, jika kita juga menjadikan diri ini lebih murah, eh.. tapi bukan murahan lho. Maksudnya, murah dalam arti: murah hati, murah memaafkan, murah senyum...

Apatah sulitnya, menurunkan harga kesombongan alias berendah hati agar demand pada kita pun semakin meningkat? Demand yang bukan sembarang demen , lho. Demen pada skill yang mumpuni, kepribadian yang luhur, senyum yang tulus, ... sah-sah saja sih.

Jika pada akhirnya membawa peningkatan produktivitas dan kapasitas bagi semua pihak, mengapa tidak?

****

Catatan:

Demen (bahasa Betawi): suka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun