Pendahuluan
Kebijakan fiskal, secara sederhana, didefinisikan sebagai strategi/ upaya penyesuaian yang dilakukan pemerintah - melalui tingkat penerimaan dan pengeluarannya - untuk menjaga dan memengaruhi perekonomian suatu Negara. Sifat kebijakannya pun bermacam-macam, seperti contractionary, expansionary, dan neutral.
Dalam tulisan ini, kebijakan fiskal yang penulis bahas hanya terbatas pada dua cara yakni: pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (government spending).
Mekanisme kerja dari fiscal policy ini, ternyata sangat dipengaruhi oleh angka penggandanya (multiplier).
Multiplier (Angka Pengganda)
Definisi:
Rasio perubahan yang sifatnya kumulatif, butuh time-lag yang tidak sebentar, berantai, berlipat ganda, akibat dari suatu penurunan atau peningkatan variable, dari kondisi awalnya.
Secara spesifik, angka ini menunjukkan besarnya perubahan Pendapatan Nasional, yang disebabkan oleh perubahan komponen-komponen permintaan agregat, yaitu pajak dan pengeluaran pemerintah.
Asumsi pada tulisan ini:
tidak memasukkan parameter MPL (Marginal Propensity to Leak), Marginal Propensity to Import (MPM), Marginal Propensity to Invest (MPI), dan sebagainya.
Formula dari Multiplier Pengeluaran Pemerintah (Government spending/ Gs) :
Y = Income/ Pendapatan
C = Consumption/ Konsumsi
I = Investasi
G = Government Expenditure/ Spending
Yd = Disposable Income (Pendapatan setelah dikurangi pajak atau after-tax income)
C0 = AutonomousConsumption
Ini adalah konsumsi dasar seseorang, walaupun ia tidak bekerja/ tidak memiliki pendapatan sekali pun.
Contohnya adalah kebutuhan sehari-hari seseorang, seperti air minum, baju yang dikenakan, makanan dengan kandungan kalori minimum, dan lain-lain.
c = Marginal Propensity to Consume
MPC ini menggambarkan kecenderungan (slope) kurva konsumsi, yang meningkat seiring dengan kenaikan pendapatannya.
s = MPS = Marginal Propensity to Saving
Dalam perekonomian sederhana, MPS identik dengan (1 -- MPC) yang mendeskripsikan bahwa pendapatan hanya digunakan untuk konsumsi dan tabungan saja.
Formula dari Multiplier Pajak (Tax/ t) :
Tax multiplier (t) diberi tanda negatip di depannya, karena memiliki efek yang berlawanan arah, yakni pengurangan/ pemotongan pajak dipercaya akan meningkatkan pendapatan, dan demikian pula sebaliknya kenaikan tingkat pajak akan menurunkan pendapatan.
Implementasi/ penggunaan Multiplier:
Kita ambil contoh suatu kasus suatu perekonomian
Diketahui:
Posisi GDP saat ini sebesar Rp 1.200 triliun, dimana tingkat GDP tersebut masih terletak di bawah kapasitas full employment-nya yang seharusnya sebesar Rp 1.600 trilyun.
MPC = 0,8
Ditanyakan:
a). Berapa besar stimulus dari Pemerintah dalam bentuk pembelanjaan atau investasi, yang semestinya dilaksanakan, demi menutup kesenjangan (deflationary/ recessionary gap) tersebut? (Opsi Pertama)
b). Berapa besar pula besar program pemotongan pajak (pada income tax, misalnya) yang sebaiknya diterapkan Pemerintah untuk menjembatani celah/ gap tersebut? (Opsi Kedua)
Gambar:
Satu benang merah yang dapat ditarik yakni pada kondisi di atas adalah multiplier dari pengeluaran pemerintah lebih besar dari multiplier pajak. Dengan demikian dampaknya terhadap capaian/ target akhir juga lebih besar.
Dengan kata lain, jika kedua multiplier ini diperbandingkan, boosting pengeluaran pemerintah akan membutuhkan 'biaya' yang lebih sedikit (hanya Ro 80 triliun) dibandingkan jika harus memotong pajak (Rp 100 triliun) untuk mencapai target yang sama (yakni mencapai GDP Rp 1.600 triliun). Ini efek kerja dari multiplier Gs yang memang lebih besar nilanya dari multiplier t.
Ini dikarenakan multiplier Gs bersifat direct injection, independen, tidak bergantung dengan variable yang lain. Sedangkan multiplier t bersifat indirect injection, bergantung dari tingkat konsumsi masyarakat .
Menarik juga, untuk di-eksplorasi lebih lanjut, misalnya tentang keseimbangan perekonomian jika berada pada keadaan inflationary gap (titik B), pada GDP sebesar Rp 1.000 triliun misalnya. Bagaimana mengimplementasikan contractionary fiscal policy dalam kondisi tersebut?
Selain dengan kuva Demand-Supply seperti pada gambar di atas, lebih advance lagi, tax multiplier ini sewajibnya dianalisa pula dengan kurva IS-LM.
***
Oya, improvisasi sedikit ya. Efek multiplier ini ternyata tidak bisa diremehkan. Eksistensi multiplier bisa meningkatkan hasil akhir suatu aksi (sebagaimana telah ditunjukkan oleh contoh di atas).
Nah, bayangkan saja tentang hoax/ hater yang disebar di medsos, yang logikanya akan mampu juga bekerja dengan multiplier serupa di atas. Bisa jadi hoax tersebut akan tersebar berlipat ganda pengaruhnya, dalam menggapai pembacanya.
Kala hoax tersebut berbiak bak virus kesesatan, apakah si penyebarnya tidak takut untuk menuai 'balasan' atas kejahilannya, misalnya saja dalam bentuk ketidakberkahan hidup. Maukah seseorang tersebut menerima 'apes' yang juga multipel jumlahnya ?
Hiii, ..seram bukan?
Jangan, ah.
***
Oya, satu lagi.
Mengenai multiplier yang bersifat negatip atau pengurang, Hanya ilustrasi nih, terkadang penulis bepikir, hal ini layaknya seperti kawan saya si X yang menonton tv. Acara yang sedang berlangsung saat itu adalah tentang seorang wanita yang tengah menonton tv juga. Nah, kebetulan yang sedang ditonton wanita tersebut yakni kisah tentang seorang pria yang sedang berada di bar menonton tv.
Lha, yang sedang ditonton pria di bar tersebut, kok pas .. berupa adegan yang menayangkan seorang gadis cantik yang sedang menonton tv di rumah temannya. Ternyata yang ditonton gadis manis tadi adalah film yang menayangkan seorang anak kecil yang sedang menonton tv bersama orang tuanya di ruang keluarga. Namun... yang sedang ditonton si bocah tadi yaitu... hihi, capek deh...
Jika terus-menerus begitu, kira-kira seperti apa ya bentuk obyek yang 'berhasil' ditangkap mata si X terhadap penonton tv nan paling terakhir di tv yang sedang ditonton si X? Tv di dalam tv, di dalm tv, di dalam tv....
Pusing ah... Yang jelas, pastinya menjadi sesuatu yang kecil sekali.
Begitulah. Satu keberadaan bisa disulap menjelma hampir nihil, karena multiplier yang bersifat 'negatip' atau menyusutkan.
Dan jangan lupa: demikian pula sebaliknya.
***
Tulisan ini didokumentasikan pada blog pribadi penulis: rasi0.wordpress.com
Sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H