Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengangguran (Rate of Job Separation dan Rate of Job Finding)

17 Februari 2018   12:22 Diperbarui: 17 Februari 2018   14:24 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Masalah pengangguran (unemployment) penting sebagai pengukur kesehatan dalam perekonomian suatu negara, tentunya selain dua indikator utama lainnya, yakni laju pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi.

Untuk menganalisa problem pengangguran, tentunya diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep mendasar, seperti Full Employment, Natural rate of Unemployment (besarnya persentase pengangguran alami yang diperkenankan dalam perekonomian), atau juga masalah pengangguran voluntary dan involuntary (jika ada kesempatan, akan dibahas lebih lanjut).

Terdapat banyak perbedaan pandangan dalam mendalami pengangguran ini, misalnya dua mainstream ekonomi terkenal: Keynesian dan Neo Classical.

Keynesian dengan postulat 'Natural Unemployment' dan Neo classical dengan Minimum Wage Law dan konsep Unionization.

Kalkulasi dari laju unemployment, bukan hanya dibutuhkan untuk proyeksi bisnis di sektor riil saja, tetapi juga di sekotr moneter untuk menentukan tingkat suku bunga acuan oleh Bank Sentral, misalnya.

Hal lain yang perlu dipelajari berkaitan dengan pengangguran adalah Phillips Curve (semoga bisa dibahas kelak).

Secara umum, definisi pengangguran adalah ketika tenaga kerja yang tersedia (labor supply) lebih besar dari permintaannya (demand), seperti ilustrasi di bawah ini:

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Gambar 1. Demand dan supply dari Tenaga kerja (labor)

Rate of Unemployment = U / L

atau dibaca sebagai:

"Tingkat pengangguran adalah persentase pengangguran atas jumlah labor force (angkatan kerja keseluruhan)"

dimana:

L = Labor Force = E + U

E =  jumlah labor (angkatan kerja) yang sudah diterima bekerja

U = angkatan kerja yang masih menganggur

Tiga tipe pengangguran yang amat umum dijumpai:

1. Pengangguran friksional (frictional unemployment)

biasanya terjadi karena transferable skills, atau takkala pekerja berpindah pekerjaan (mencari job yang lebih baik), dan vice versa, employer mencari employee yang berkualitas lebih baik.

2. Pengangguran musiman (seasonal unemployment) berhubungan dengan musim panen, aktifitas in-demand, dan lain-lain.

3. Pengangguran siklis (cyclical unemployment) yang terkait dengan business cycle atau boom-bust.

Selain itu masih terdapat beberapa jenis lainnya, misalnya pengangguran struktural.

Penyebab

  • Unemployment secara teori disebabkan oleh kondisi WAGE RIGIDITY, yakni tingkat upah buruh/ pekerja yang tertahan (stuck) di atas level market clearing.
  • Market failure, market distortion
  • Mismatch skills, skill gap
  • Penciptaan lapangan pekerjaan yang kurang terkait dengan rendahnya investasi
  • Bisa terjadi juga karena job separation yang lebih besar dari job finding

Nah, masalah terakhir di atas, akan dijadikan topik utama tulisan ini.

Pokok Pembahasan

Mari kita buatkan 2 variabel disini, yakni s dan f

(1). s = rate of job separation

's' ini bisa dipandang dari dua persepektif:

a. yaitu persentase dari pekerja yang dikarenakan suatu hal, kini menjadi pengangguran, per bulannya.

Alasannya, dikarenakan adanya kelompok usia produktif yang telah bekerja namun dengan 'sengaja' ingin mengundurkan diri (keluar) dari pekerjaannya untuk mencari pekerjaan baru yang bergaji lebih tinggi, misalnya.

Atau juga, karena dikeluarkan oleh pihak perusahaan (PHK) yang tentunya tidak 'diinginkan' (sengaja resign) oleh pihak pekerja itu sendiri.

b. Angka ini juga bisa diartikan sebagai rerata lamanya waktu kebetahan (dalam satuan bulan) seorang pekerja pada pekerjaannya.

(2). f = rate of job finding

Mirip dengan variabel 's' , angka 'f' ini bisa diterjemahkan dalam dua arti:

a. yakni persentase dari para penganggur (orang yang belum dan tidak bekerja) yang telah menemukan pekerjaan, dalam sebulannya.

Peristiwa ini bisa terjadi pada pencari kerja usia muda (fresh graduate, misalnya) sebagai penganggur 'baru' di dalam memperoleh pekerjaan pertamanya.

b. Atau juga, bisa diinterpretasikan sebagai lagging waktu dari para penganggur 'lama' untuk diterima di pekerjaan barunya (yang telah diidamkannya sebelumnya)

Agak complicated memang, tapi jangan putus kolor, ehh... putus asa, mari kita berlanjut pada penggunaan formulanya.

Kombinasi s dan f sejatinya, ditujukan pada pencarian angka laju pengangguran pada suatu sistem perekonomian.

Penurunan Rumus:

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Gambar 2.

Aplikasi rumus dengan angka-angka:

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Gambar 3.

Dari persamaan yang diperoleh di atas, dapat dipahami kini bahwa ada 2 hal:

1. s = 2%

a.  menyatakan bahwa terdapat 2% dari populasi pekerja yang kehilangan pekerjaannya, dengan sengaja atau tidak 'sengaja' dalam sebulannya

b.  Atau bisa juga dibaca begini: lamanya / awetnya/ betahnya seorang pekerja dengan pekerjaan yang tengah ditekuninya sekarang rata-rata adalah:

1 / (2%) = 100/2 = 50 bulan (4 tahun lebih)

Setidaknya perusahaan cukup stabil bekerja sehingga tidak harus mem-PHK buruhnya dalam 4 tahun lebih.

2. f = 23%

a. menggambarkan besarnya perekrutan pegawai baru adalah sebesar 23 % per bulannya.

b. Atau bisa juga dipandang dengan angle lainnya, terdapat lagging waktu sebesar:

1 / (23%) = 100 / 23 = 4 bulan lebih

Artinya selama 4 bulan lebih, seseorang yang dalam usia produktif menjalani masa menganggur, duduk-duduk di rumahnya sembari mengirim Curriculum Vitae misalnya, sebelum ia diterima bekerja.

Benang merah dari bisa ditarik dari hasil akhirnya, yakni tingkat laju pengangguran diprediksi sebesar 8% dalam perekonomian tersebut.

Manfaatnya untuk Kebijakan Ekonomi

Implementasi dari model ini adalah untuk menentukan arah dari kebijakan publik, misalnya.

Setidaknya ada dua cara, yakni:

1. Menurunkan laju dari 'job separation' (s).

Contohnya: dengan mengusahakan agar investor betah, sehingga tidak hengkang dan melakukan PHK, meningkatkan angka kemudahan berbisnis, membangun iklim  bisnis yang kondusif, peningkatan skills para pekerja

2. Menaikkan 'rate of job finding' (f)

Misalnya dengan penciptaan lapangan kerja baru, pembangunan infrastruktur

       Patut digarisbawahi, bahwa dengan menurunkan/ menaikkan laju s dan f ini pada porsi yang yang tepat, dapat mengubah rate of unemployment pada porsi yang dikehendaki.

Pembahasan Lanjutan

Jika tertarik dengan masalah ini, maka bisa dilakukan beberapa simulasi dengan cara mengganti-ganti angka s dan f.

1. Semakin kecil angka s dan f, apakah semakin stabil? Ataukah mengindikasikan semakin lambannya roda perekonomiannya?

2. Sebaliknya, semakin besar persentase s dan f, apakah semakin tidak stabil, dengan kata lain terlalu cepat terjadi perubahan - karena orang yang keluar masuk ke dalam lapangan pekerjaan, berfrekwensi sangat sering? Atau justru baik?

3. Juga menarik diperhatikan, ketika kita hendak menargetkan angka U yang sama, katakanlalh 5%, maka ditemukan adanya dua pilihan/ opsi:

  • kombinasi s = 1%    dan f = 20%    akan membawa hasil akhir U = 5%
  • kombinasi s = 2,5% dan f = 47,5% akan membawa hasil akhir U = 5% juga

           a. Interpretasi yang pertama, seseorang usia produktif baru akan memperoleh kerja setelah menunggu (baca: menganggur) selama 5 bulan (diperoleh dari membagi 100 dengan 20).

           b. Sedangkan yang kedua, seorang fresh-graduate misalnya, memperoleh kerja lebih cepat, yakni setelah mengalami masa melamar kerja selama 2 bulan saja (didapat dari 100 / 47,5).

Masih banyak lagi, berbagai kemungkinan dan temuan yang menarik untuk di-explore lebih mendalam.

Jika diizinkan, I'll be back... (adegan film Terminator)

Terima kasih.

Catatan:

Tulisan ini sudah didokumentasikan di blog pribadi penulis

https://rasi0.wordpress.com/

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun