Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahmat yang Sakit Jantung

24 Desember 2020   07:13 Diperbarui: 24 Desember 2020   07:18 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dasar Rahmat jorok, kencing di kasur. Apa gak tau ya, cuci sperey itu berat. Belum lagi ngejemurnya gak bisa kering sehari.

Dasar Rahmat tidak punya otak, berak di lantai di dalam kamar. Apa gak tau ya, ngepel lantai itu berat. Belum lagi, bau nya itu gak hilang sehari.

Dasar Rahmat keturunan rampok dan maling,  Ikan dibawah tudung saji, diembat juga, Apa gak tau ya, beli ikan itu mahal. Belum lagi gak setiap hari bisa dapat ikan segar di pasar.

Saya sungguh malu dok, setiap pulang kerja, dan pergi kerja, tetangga memandang saya dengan tatapan meremehkan. Seakan-akan saya, benar-benar jorok, benar-benar gak punya otak, benar-benar keturunan maling dan keturunan rampok.

"Lho...kata pak Rahmat tadi, istri Bapak baik, sayang sama pak Rahmat dan cinta pak Rahmat?" Tanya dr Beni heran.

"Benar dok, dia baik, sayang dan cinta sama saya" jawab Rahmat.

"Tapi, kok bisa begitu sama bapak? Bilang Rahmat jorok, gak punya otak, keturunan maling dan rampok?"

"Maksudnya itu, bukan pada saya dok" jawab Pak Rahmat.

"Lho...maksudnya gimana? Bukankah kalimat nya jelas, dia sebut Rahmat" kejar dr. Beni.

"Iya, tapi itu, maksudnya bukan pada saya dok"

"Lho,. Lalu, siapa? Emang ada orang lain lagi di rumah Bapak yang bernama Rahmat?" Kejar dr. Beni lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun