Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Membenci Juga Memaafkan

14 Juni 2020   19:11 Diperbarui: 14 Juni 2020   18:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian Kedua. Sepulang saya dari sholat Maghrib di Mesjid. Ada utusan yang meminta saya untuk segera menghadap pimpinan. Tanpa menunda waktu, dan menaruh curiga sedikitpun, saya segera menghadap sang  pimpinan.  

Setelah sedikit basa-basi. Pimpinan mengatakan bahwa orang dekat saya. Sore tadi membuat onar. Konsekwensinya, saya sebagai penanggung jawabnya, saat itu juga dipecat.

Ketika kami bicara, Adzan Isha berkumandang di Mesjid. Saya dan pimpinan bersama pergi ke Masjid. Sang pimpinan menjadi imam sholat Isha, saya menjadi makmumnya. Tapi posisi saya saat itu,  sudah bukan karyawan sang Imam lagi.

Apakah saya membenci orang  dekat saya  itu? Alih-alih membenci.  Sebelum saya memejamkan mata malam itu, orang dekat saya  itu telah saya maafkan. Bahkan, ketika orang dekat saya ini meninggal, kedua tangan saya yang  meletakkan jasad almarhum di liang lahatnya.

Lalu, kami menuju Jakarta. Perjalanan untuk sampai Jakarta butuh waktu tiga hari tiga malam. Beberapa hari kemudian setelah tiba di Jakarta, saya di terima kerja di kontraktor nasional.

Kejadian ketiga. Saya yang merasa ingin berbuat baik dengan "ponakan" (ponakan dalam tanda petik) mengajaknya bekerja.  Entah disebabkan karena tidak pernah merantau, atau ada alasan lain, sang ponakan dalam tanda petik minta pulang.

Selesaikah masalahnya? Ternyata belum. Dengan kepiawaiannya, sang ponakan dalam tanda petik ini, berhasil memaksa saya untuk pulang juga, mengikuti jejaknya.

Bencikah saya padanya? Tidak.  Hari itu juga saya sudah memaafkan semua perilaku manisnya pada saya.

Bagaimana kelanjutan kisah yang ketiga ini? Saya tidak ingin melanjutkannya. Biarlah dia jadi pertanyaan dan PR untuk pembaca sekalian.

Intinya, kita tidak perlu membenci siapapun yang telah mengecewakan kita. Jika, menyangkut urusan pribadi. Kita hanya boleh benci pada seseorang, jika sudah menyangkut hajat orang banyak, seperti penghianatan pada negara, masyarakat, dan hak azasi masyarakat.

Untuk urusan yang sifatnya pribadi, tidak hanya cukup  menghilangkan benci. Namun, juga harus  memaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun