Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Logika yang Amburadul

28 Mei 2020   05:39 Diperbarui: 28 Mei 2020   05:48 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, dimana korelasi logika, antara menyuruh "menjaga jarak" dengan membagikan sembako secara "live" yang  mengakibatkan penumpukan manusia?

Menyuruh masyarakat untuk berdiam di rumah.  Pada saat yang sama memasukkan 500 TKA asing, yang nota bene berasal dari Negara sumber Covid 19.

Puncak kekonyolan terjadi.  Ketika, berlangsung konser music di akhir ramadhan kemarin.  Bukan hanya, logika yang digunakan amburadul, sekaligus menyinggung perasaan umat Islam.  Dalam kondisi tidak ada PSBB saja, konser di sepuluh akhir Ramadhan tidak lazim, apalagi pada kondisi PSBB.

Empat. Logika yang amburadul, menghasilkan sesuatu yang amburadul.

Saya kenal seorang teman yang sudah tiga bulan mengurung diri di rumah, dengan taat mengikuti anjuran Pemerintah. Namun, dengan konser music yang dia saksikan di medsos, beliau menghentikan "tapa" tiga bulannya di rumah.

Berbagai kekecewaan merebak.  Tagar "Indonesia Terserah" hanya kekecewaan yang terlhat di permukaan. Untuk yang di grass root, saya tidak bisa bayangkan.

Padahal, sebagaimana yang disebutkan Ketua Gugus Tugas  Percepatan Penanganan Covid 19 Doni Monardo;"Hingga kini, belum ada kepastian kapan pandemic virus Covid 19 akan berakhir".

Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana solusi selanjutnya?

Di sinilah, dibutuhkan logika sehat, runut dan tidak bertabrakan antara satu dengan lainnya.

Perjalanan masih panjang kawan.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun