Pertanyaannya, dimana korelasi logika, antara menyuruh "menjaga jarak" dengan membagikan sembako secara "live" yang mengakibatkan penumpukan manusia?
Menyuruh masyarakat untuk berdiam di rumah. Pada saat yang sama memasukkan 500 TKA asing, yang nota bene berasal dari Negara sumber Covid 19.
Puncak kekonyolan terjadi. Ketika, berlangsung konser music di akhir ramadhan kemarin. Bukan hanya, logika yang digunakan amburadul, sekaligus menyinggung perasaan umat Islam. Dalam kondisi tidak ada PSBB saja, konser di sepuluh akhir Ramadhan tidak lazim, apalagi pada kondisi PSBB.
Empat. Logika yang amburadul, menghasilkan sesuatu yang amburadul.
Saya kenal seorang teman yang sudah tiga bulan mengurung diri di rumah, dengan taat mengikuti anjuran Pemerintah. Namun, dengan konser music yang dia saksikan di medsos, beliau menghentikan "tapa" tiga bulannya di rumah.
Berbagai kekecewaan merebak. Tagar "Indonesia Terserah" hanya kekecewaan yang terlhat di permukaan. Untuk yang di grass root, saya tidak bisa bayangkan.
Padahal, sebagaimana yang disebutkan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Doni Monardo;"Hingga kini, belum ada kepastian kapan pandemic virus Covid 19 akan berakhir".
Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana solusi selanjutnya?
Di sinilah, dibutuhkan logika sehat, runut dan tidak bertabrakan antara satu dengan lainnya.
Perjalanan masih panjang kawan.
.