Ketika kita menahan lapar. Kita sedang belajar merasakan apa yang dirasakan saudara kita yang tak berpunya. Rasa yang akan melahirkan empati pada mereka. Rasa yang bukan dibalas dengan makan sekenyang-kenyangnya ketika berbuka. Tapi, dibalas dengan membagikan yang kita punya untuk mereka yang tak punya. Bukan hanya memberi dalam arti fisik, juga memberi kasih sayang, sebagaimana Allah telah lebihkan kasih itu pada kita.
Ketika, kita melakukan tarawih, itu artinya kita berusaha sedekat mungkin dengan Sumber Kebenaran itu, lalu dengan kebenaran yang kita peroleh dari Sumbernya. Maka, kita akan mewujudkan dan melahirkan kebenaran seperti yang telah dibuat dan dilakukan Sumber Kebenaran itu pada kita.
KASIH SAYANG NAN TAK BERTEPI.
Inilah makna puasa itu. Makna yang dapat dilihat hasilnya, ketika kita keluar dari ruang latihan selama sebulan itu.
Jika kita serius mengikuti latihan itu. Lalu, kapan waktunya kita memikirkan untuk mengganti pakaian baru, mobil baru, rumah baru, berburu tiket KA, tiket PELNI, tiket Pesawat, dll? Masihkah terpikirkan untuk bermegah-megah pulang kampung, sebagai pertanda, kita telah sukses hidup di rantau.
Semuanya, tentu tak ada waktu lagi.
Selesai waktu pelatihan, yang ada, hanya rasa syukur, bahwa kita telah selesai mengikuti pelatihan. Syukur yang dibarengi rasa was-was, luluskah saya dalam pelatihan itu?
Sebuah pertanyaan yang jawabannya baru diketahui setelah bilangan bulan berikutnya. Jika, perilaku kita jadi lebih baik, empati pada sesama menjadi lebih baik. Maka, indikasinya kita lulus dalam pelatihan. Namun, jika tanpa perubahan yang signifikan, berarti, kita hanya larut dalam budaya yang datang setiap tahun.
Budaya yang melelahkan banyak pihak. Menimbulkan cost hidup lebih berat. Budaya yang membalikkan nalar sehat kita.
Bukankah, jika orang puasa, ada jeda dua belas jam untuk tidak memasukkan makanan dalam perut. Itu artinya, ada pengurangan konsumsi sembako. Lalu, mengapa permintaan sembako malah bertambah? Gak masuk akal kan?
Semoga kita, bukan termasuk mereka yang memutar balikkan nalar sehat, hanya karena melakukan ibadah puasa......InshaAllah
Wallahu A'laam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H