Kompasianival merupakan ajang silaturahmi para Kompasianer. Begitu idealnya.
Namun, kenyataan yang terjadi, bukan demikian adanya. Dimana kelemahannya hingga kondisi ideal itu, tidak terjadi? Inilah beberapa alasan yang dapat saya kemukakan. Sebagai oleh-oleh dari kompasianival kemarin, 8 Desember 2018.
Pertama, kompasianer dipersilahkan duduk untuk mendengarkan paparan produk yang dijual oleh para sponsor. Harapannya, dengan paparan yang dikemukakan para sponsor. Maka, diharapkan Kompasianer dapat menuliskan apa yang mereka tangkap.
Baik di media kompasiana atau media lainnya. Salahkah? Tidak salah. Namun, tujuan silahturahmi tidak tercapai. Adagium conecting, tidak terpenuhi. Lalu, bagaimana solusinya? Hemat saya, para redaksi lebih aktive menjemput bola. Caranya dengan menghubungi para kompasianer, yang idelanya memiliki latar belakang keilmuan yang sama dengan apa yang akan dipaparkan dan siapa para sponsor itu.
Contohnya, sponsor Semen Indonesia. Ketika telah disepakati bahwa Semen Indonesia akan menjadi sponsor. Maka, pihak redaksi mengubungi kompasianer yang memiliki basic knowledge keilmuan tekhnik dan bisnis. Lalu, mengirim mereka ke Pabrik Semen Indonesia untuk menuliskan tentang masalah-masalah tekhnis bagi kompasianer dengan latar belakang tekhnik, mulai dari raw material, dampak lingkungan, positif atau negative, proses produksi, kandungan material dan kelebihan yang dimiliki oleh Semen Indonedia.
Untuk kompasianer dengan latar belakang disiplin ilmu bisnis, menulis pemasaran, proses kerja sama perdagangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan busines. Jika ada sengketa pertanahan, idealnya kompasianer dengan latar belakang hukum diikutsertakan juga.
Tentunya, ada ada biaya yang dikeluarkan untuk itu. Tapi, pihak management tentunya bisa memasukkan klausul pembiayaan untuk kompasianer dalam kerja sama mereka.
Ketika, acara kompasianival diadakan, para kompasianer yang menulis tentang Semen Indonesia dipersilahkan untuk memaparkan apa yang mereka tulis. Pihak Semen Indonesia hanya menuntaskan apa yang belum tuntas dari paparan kompasianer. Dengan demikian, conecting antara kompasianer tercapai dan terpenuhi. Pesan sponsor yang terjadi pada aroma komunikasi satu arah dapat diminimalisir.
Kedua, redaksi kompasiana mulai merubah mainseat penilaian yang menurut saya selama ini kurang pas. Jika memang setiap ajang kompasianival harus melibatkan korporate, maka penilian nilai headline dan artikel utama diarahkan ke sana.
Contoh, ketika kompasianival melibatkan korporate asuransi, maka kompasianer mulai mengarahkan ketulisan tentang asuransi. Tulisan-tulisan tentang asuransi diberikan nilai headline dan artikel utama. Sehingga, ketika pihak sponsor bertanya tentang tulisan yang ditulis tentang asuransi, redaksi dengan enteng dan memperlihat apa yang sudah ditulis oleh kompasianer.
Hal yang sama berlaku untuk korporate yang lain. Dengan demikian, harga tawar yang diajukan pihak management kompasiana dapat lebih tinggi.