Perjalanan bulan madu itu, akhirnya tiba juga pada sisi pulau Flores bagian paling timur. Larantuka. Dari larantuka jika menggunakan kapal laut Umsini, maka hanya memerlukan waktu dua belas jam untuk tiba di Kupang, setelah sebelumnya singgah di Lewolebak.
Namun, Edo tak ingin ke Kupang. Larantukan sudah mewakili segalanya bagi Edo, kota Larantuka memiliki kenangan tersendiri baginya, kenangan yang akan segera dia tambah lagi dengan peristiwanya bersama dengan Yuli, yang akan dibawanya hingga kakek dan nenek kelak.
Siang itu, suasana langit diatas laut di muka pelabuhan Larantuka tenang seperti biasanya, tanpa angin yang berhembus kencang. Sementara diatas perahu, diatas permukaan laut tenang itu, ada Edo dan Yuli dalam perjalanan antara Larantuka dengan pulau Adonara. Â
Rasanya, memang laut antara Larantuka dan Adonara selalu tenang.
Kondisi laut yang tenang, birunya laut antara Larantuka dan Adonara, serta jernihnya air laut hingga berpuluh meter ke dalam laut yang dapat dijangkau mata, menguatkan Edo, untuk membawa Yuli menempuh perjalanan laut ke Adonara.
Masih terbayang di pelupuk mata Edo, bagaimana di muka kapela Tuan Ma kemarin, Yuli bertanya pada dirinya, sambil tangan Yuli sebelah kanan, bergelayut di tangan kiri Edo.
"Pulau apakah itu Do, yang berada tepat di depan kita?"
"Itu namanya Pulau Adonara" jawab Edo singkat.
"Rasanya demikian dekatnya...." Gumam Yuli, nyaris tak terdengar. Namun, bagi Edo, itu adalah sebuah permintaan, jika Yuli ingin mengunjunginya.
"Besok kita akan mengunjungi sayang.." demikian bisik Edo di telinga Yuli.
"Akh... Edo.." hanya itu kalimat yang dikeluarkan Yuli, namun cengkeraman tangannya pada tangan Edo semakin kuat, kepala itu, merebah di pundak Edo.