Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelombang Cinta Itu

31 Agustus 2017   08:47 Diperbarui: 31 Agustus 2017   08:49 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riak gelombang itu (dok.Pribadi)

Gelombang manusia yang melakukan tawaf itu, bagaikan gelombang laut yang kecil saja, hanya bagaikan riak gelombang, tak lebih. Namun, keteraturan yang terlihat, kekhusu'an mereka serta arah yang sama yang ditempuh, membuat rasa pada kalbu Idham begitu menyentuh.

Bismillahi, walhamdulillahi wa laillaha ila, hu wa Allahu akbar

Bacaan yang dibaca sebagian mereka yang tawaf, mengingatkan Idham pada pujian-pujian kerabatnya di Indonesia.

Hari ini, diantara mereka yang hanyut dalam gelombang tawaf, turut serta Idham di dalamnya. Peristiwa yang sebenarnya, untuk pribadi Idham bukan murni diniatkan untuk Ibadah mendekatkan dirinya pada sang Khaliq. Melainkan, terbersit didalamnya untuk sesuatu yang lain. Untuk Sarah.

Idham tahu dengan pasti, di saat tawaf ini, dia akan bertemu dengan Sarah. Sebabnya jelas,  Idham yang terbang dengan kloter 21 dan sarah dengan Kloter 22, hampir dapat dipastikan, kegiatan ibadah yang mereka lakukan, akan selalu berbarengan. Tak terkecuali saat tawaf seperti ini.

Semua persiapan untuk bertemu sarah sudah matang dipersiapkan oleh Idham. Cincin berlian imut yang selalu berada dalam tas pingganggnya, akan dia persembahkan pada Sarah, juga bagaimana Idham akan berlutut kelak, ketika dia bertemu Sarah, Idham sambil berlutut akan berkata :"Sudikah Sarah menjadi istriku?"

*****  

"Ham..sudah siap semua?" tanya Hamid, tepatnya memperingatkan Idham.

"Oke, siap... ayo berangkat" jawab Idham singkat.

Jam dua malam itu, mereka meninggalkan kemah, menuju Masjidil Haram. Mengejar sholat subuh berjamaah di Mesjidil Haram, sekaligus tawaf. Untuk Allah hanya ada satu kata. Tuntaskan semuanya hanya untukNya.

Tak ada Taksi, tak ada Bus. Sudah dua hari ini, semua kendaraan dilarang beroperasi. Lautan manusia memenuhi semua sisi ruas jalan. Termasuk Idham dan Hamid didalamnya. Dengan berjalan kaki, dua anak muda itu, bersama menuju Mesjidil Haram.

"Tahu kau Ham, Allah itu pencemburu" kata Hamid disela-sela manusia yang menyemut menuju Masjidil Haram pagi itu.

"Maksudmu..?" Tanya Idham.

"Dia hanya mau, hambaNya datang untuk diriNya sendiri. Tidak untuk yang lain"

"Segitunya Mid?"

"Iya... Bahkan untuk yang terbersit dalam hatipun, Dia tak mau diduakan" Jawab Hamid lagi.

Makjleeeb. Terguncang hebat Idham. Guncangan yang menembus langsung ke pusat jantungnya. Lalu, bagaimana dengan niatnya ingin  bertemu Sarah, bagaimana dengan nasib cincian berlian yang berada di tas pinggangnya ini? Bagaimana dengan rencana dirinya yang ingin berlutut dihadapan Sarah, sekaligus meminangnya, bersedia untuk menjadi isterinya?

*****

Lautan manusia yang mengelilingi Ka'bah dalam ibadah yang disebut Tawaf itu, makin menyemut saja. Masing-masing mereka larut dalam talbiyah yang mereka baca, larut dalam hati yang tertuju hanya padaNya.

Di putaran ke lima, Idham sempat melihat Sarah. Idham menggeser kakinya, masuk ke dalam lautan manusia lain, sarah segera hilang dari pandangannya. Idham sudah bulat memutuskan, Cintanya saat ini, tak ingin dia bagi. Idham hanya ingin mempersembahkan semuanya hanya pada Allah. Tidak ada kecuali untuk yang lain.

Di akhir putaran ke tujuh, cincin berlian yang selalu setia di tas pingganggnya, dia serahkan pada wanita tua yang sedang khusuq berdo'a bermunajat padaNya. wanita pertama yang dijumpai Idham ketika usai melaksanakan Tawaf..

Biarlah cinta yang dia jalani saat ini, hanya tertuju padaNya, pada Allah, bukan untuk yang lain. Bukan untuk Sarah.

Tokh, masih tersisa banyak waktu, banyak kesempatan untuk menuntaskan Cintanya dengan Sarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun