“Maksud kamu Man”
“Kami tadi ketemu di depan. Terus saya ajak dia makan. Ayu cerita banyak tentang dirinya, tentang suaminya. Setelah mertuanya meninggal, Suami Ayu mendapat warisan banyak, lalu lupa semuanya, singkat kata, mereka pisah”
“Terus..”
“Sekarang dia janda Do, dia kembali ke kota ini lagi. Tinggal bersama ibunya..”
“oooo…”
“Dia juga tahu, kalo kamu sekarang sudah kaya raya, tahu kalo Dept store ini punya kamu. Dia ingin bertemu kamu Do, ingin minta maaf. Dia juga ngasi saya kartu nama” kata Firman, panjang lebar, sambil menyorongkan kartu nama Ayu, disana ada private number Ayu, yang bisa Edo hubungi.
*****
Ah… Ayu, mana mungkin kamu Edo lupakan. Kamu yang cinta matiku. Namun, Ayu juga yang pergi meninggalkanku, hanya karena bapakku anak buah Ayahmu di satuan Kepolisian. Ayu yang akhirnya nikah dengan Armand, anak komandan Ayahmu yang seorang pengusaha.
Duduk di ruangan seorang diri dalam ruang kantornya yang full AC, Edo kembali memandang kartu nama Ayu yang diberikan Firman kemarin. Ayu masih belum berubah, cantiknya Ayu, bagi Edo masih seperti dulu. Kinilah saatnya, menebus kekalahan dulu. Edo yang sekarang bukan Edo yang dulu. Edo dapat penuhi semua mau kamu Ayu. Kata hati Edo.
Reflex Edo mengambil ponsel, menekan nomer-nomer yang tertera di kartu nama itu, 0813…….xxx.
MasyaAllah, dimana posisi Yuli pada saat ini, demikian suara sisi hati Edo yang lain. Saat ini, mestinya, pertanyaannya bukan apa yang dapat “aku” nikmati, apa yang dapat “aku” lampiaskan. Tetapi, apa yang dapat “kami” nikmati, apa yang dapat “kami” lampiaskan. Demikian lanjut suara hati Edo.