Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Lebak untuk Indonesia

21 Januari 2017   21:50 Diperbarui: 21 Januari 2017   21:59 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saijah lalu pergi ke Batavia, menjadi pelayan pada seorang Belanda dengan memelihara kuda sang Tuan. Dengan satu tujuan, mengumpulkan uang sebanyak mungkin, agar kelak dapat melamar Adinda, dengan uang yang dikumpulkannya.

Tahun-tahunpun berlalu, tibalah saatnya Saijah kembali ke kampungnya. Namun bukan cinta yang didapatnya, tetapi kekecewaan yang menunggunya. Saijah mendapati Adinda dan ayahnya sudah tak ada di kampung itu. Adinda dan Ayahnya, terlah melarikan diri dari kampung. Karena, tak bisa membayar pajak dari penguasa.

Saijah memperoleh kabar, jika Adinda dan ayahnya bergabung untuk melawan tentara Belanda di Lampung. Saijah mencoba pun menapaki jejak mereka. Diseberanginya lautan. Namun, ternyata pencarian ternyata berbuah pahit.

Dalam sebuah pertempuran Saijah menemukan Adinda sudah meninggal. Tubuhnya penuh luka dan diperkosa tentara Belanda. Melihat itu, Saijah mengamuk. Pemuda putus asa ini berlari ke arah sekumpulan tentara Belanda yang menghunus bayonet. Dia menghujamkan tubuhnya pada bayonet serdadu yang tajam. Adinda dan Saijah tewas.

Saijah dan Adinda, adalah potret korban kolonialisme bangsa asing dan keserakahan pejabat dari bangsanya.

Sumbangsih Lebak yang lain.

Bukan hanya keringat dan air mata Saijah dan Adinda yang diberikan Lebak pada Indonesia. Tambang Emas tertua di Indonesia, Cikotok adalah sumbangsih lain Lebak pada NKRI, tak terhitung jumlah tonnage emas yang berhasil diexploitasi dari Lebak. Sejak 1939 tambang Emas tertua ini, mulai diexploitasi oleh perusahan Tambang Belanda NV. Mijnbouw Maatschappy Zuid Bantan (NV. MMZB).

Belum lagi Batu Bara yang dihasilkan Lebak, tepatnya di pesisir selatan lebak, daerah Bayah dan sekitarnya. Pada awal-awal abad ke Sembilan belas, pulau Jawa pernah tergantung pada energy batu bara yang berasal dari Lebak. Demikian besar ketergantungan itu. Hingga ketika terjadi peralihan pemerintahan penjajah dari Belanda ke Jepang. Jepang merasa perlu memastikan bahwa pasokan batu bara Bayah selamat sampai tiba di Jakarta. Mengingat kondisi keamanan laut yang mengkhawatirkan saat itu, maka Jepang perlu membuat Jalur KA Saketi–Bayah dengan cara kerja paksa, yang kelak kita kenal sebagai system  kerja Rhomusa.   

Lalu apa yang diperoleh Lebak dengan segala sumbangsihnya untuk Indonesia itu? Nyaris tidak ada. Hingga kini, daerah yang hanya sepelemparan dari Jakarta itu, masih masuk daerah kabupaten tertinggal di Indonesia. Bahkan, ketika di daerah Lebak didirikan Industri Semen Merah Putih, yang diklaim sebagai pabrik Semen terbesar di Indonesia, masyarakat tak memperoleh keuntungan apa-apa, selain sarana transportasi di daerah ini yang semakin hancur dan memprihatinkan.

Agaknya, pola para Penguasa yang hanya memperalat masyarakat Lebak sebagai obyek, belum juga berubah, sejak kisah Saijah dan Adinda terjadi 157 tahun lalu… Wallahu A’laam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun