Di beberapa sudut kota Ende, selalu ada papan penunjuk arah yang menunjukkan arah lokasi gedung Imakulata. Gedung dimana, pada tempo dulu, Soekarno mementaskan drama Tonil semasa beliau dibuang di Ende, 1934 – 1938.
Saya yang telah merekam dalam “memori ingatan”, bentuk gedung pertunjukkan Imakulata dalam bentuk gambar tempo dulu, kaget juga ketika mendapati gedung yang saya jumpai berbeda jauh bentuknya dengan gambaran yang ada pada gambar tempo dulu itu. Sama sekali berubah. Tak ada sedikitpun kesamaan.
Ternyata, di Toko Nusa Indah terjadi hal yang tidak terduga sama sekali.
Masih menurut Pastor Hendrik Sara, pertunjukan Tonil Soekarno, tidak dilakukan pada gedung yang dipercaya selama ini. Melainkan, di Gedung Kapela Imakulata. Dan Gedung Kapela Imakulata itu, kini sudah berubah fungsi menjadi toko buku “Nusa Indah” dan percetakan Arnoldus. Tempat dimana saya dan Pastor Hendrik kini berada.
Ketika saya menyampaikan keinginan untuk bertemu dengan Bruder Christoporus Tange. Pastor Hendrik Sara menjawab, bahwa Bruder Christoporus Tange telah meninggal dunia.
Masalahnya sekarang, jika pernyataan Pastor Hendrik Sara benar adanya. Maka perlu diadakan perbaikan, pada penulisan sejarah tentang Tonil Kelimutu yang diasuh Soekarno ketika dalam masa pembuangan di Ende. Sekecil apapun kesalahan itu, perlu diperbaiki. Jika kita tidak ingin, meninggalkan warisan kesalahan, pada anak cucu kita.
Ketika itu, Kursus Pertukangan Santo Yosef baru saja beberapa tahun dibuka, Gedung Kapela Imakulata dan Pastorat adalah gedung-gedung baru yang dibangun oleh siswa-siswa lulusan Kursus Pertukangan Santo Yosef. Demikian, Pastor Hendrik Sara.
Saya hanya mengiyakan apa yang dikatakan Pastor Hendrik Sara. Untuk membantahnya, saya bukanlah ahli sejarah. Biarlah semuanya menjadi PR kita semua, terutama mereka yang memiliki kapabilitas sebagai ahli sejarah.
Semoga saja tulisan ini, melengkapi tulisan-tulisan yang telah ditulis sebelumnya tentang Tonil Kelimutu yang diasuh Soekarno semasa pembuangannya di Ende. Dan jika apa yang dikatakan Pastor Hendrik Sara benar. Dengan rasa lapang dada, kita dapat melakukan perbaikan terhadap apa yang selama ini kita yakini sebagai sebuah kebenaran.
Selanjutnya, segera menyusul tulisan tentang pelaku Tonil Kelimutu dan upaya penyelamatan naskah Tonil Kelimutu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H