Di beberapa sudut kota Ende, selalu ada papan penunjuk arah yang menunjukkan arah lokasi gedung Imakulata. Gedung dimana, pada tempo dulu, Soekarno mementaskan drama Tonil semasa beliau dibuang di Ende, 1934 – 1938.
Saya yang telah merekam dalam “memori ingatan”, bentuk gedung pertunjukkan Imakulata dalam bentuk gambar tempo dulu, kaget juga ketika mendapati gedung yang saya jumpai berbeda jauh bentuknya dengan gambaran yang ada pada gambar tempo dulu itu. Sama sekali berubah. Tak ada sedikitpun kesamaan.
Gedung Imukalata Asli, dimana dipercaya, Tonil Kelimutu dipertunjukkan di sini. (sumber: Google)
Gedung yang saya temui, sebuah gedung modern, dengan tidak menyisakan sedikitpun arsitektur dari masa lalu bentuk “Imakulata”. Penasaran dengan hasil temuan saya itu, saya bermaksud untuk masuk ke dalam bangunan. Untuk itu saya perlu minta izin. Tapi harus minta izin kemana? Saya pikir, di depan ada bangunan Gereja Katedral Santo Yosef, kesanalah arah tujuan saya. Tetapi, di halaman Katedral Santo Yosef, saya tak menjumpai satupun manusia, saya terus masuk lebih dalam lagi di dalam komplek area Imakulata. Hingga akhirnya, tiba di depan toko buku Nusa Indah. Saya pikir, di toko Buku Nusa Indah itu, saya bisa bertanya, kemana saya harus meminta ijin.
Ternyata, di Toko Nusa Indah terjadi hal yang tidak terduga sama sekali.
Toko Buku Nusa Indah, dimana dipercaya, bahwa disinilah sesungguhnya pertunjukan Tonil Kelimutu dipergelarkan. (dok.Pribadi)
Saya bertemu dengan seorang Pastor yang bernama Hendrik Sara. Setelah Pastor Hendrik tahu, kemana tujuan saya, beliau meralat apa yang hendak saya kunjungi. Menurut beliau, gedung yang saya tuju adalah salah. Demikian juga dengan gambaran umum selama ini yang berlaku di masyarakat. Dimana pertunjukan Tonil Soekarno diadakan.
Masih menurut Pastor Hendrik Sara, pertunjukan Tonil Soekarno, tidak dilakukan pada gedung yang dipercaya selama ini. Melainkan, di Gedung Kapela Imakulata. Dan Gedung Kapela Imakulata itu, kini sudah berubah fungsi menjadi toko buku “Nusa Indah” dan percetakan Arnoldus. Tempat dimana saya dan Pastor Hendrik kini berada.
Pastor Hendrik Sara, meralat tempat pertunjukkan Tonil Kelimutu, sebagaimana yang dipercaya selama ini (dok.Pribadi)
Saya terkejut. Benarkah? Pertanyaan itu, segera saya ajukan pada Pastor Hendrik Sara. Sang Pastor menjawab dengan sepenuh yakin, bahwa pernyataan beliau benar adanya. Hal demikian, didasarkan pada literature yang beliau baca dan kesaksian seorang pelaku atau pemain Tonil itu sendiri, yang ketika pada usia dewasanya menjadi seorang Bruder. Yakni Bruder Christoporus Tange.
Ketika saya menyampaikan keinginan untuk bertemu dengan Bruder Christoporus Tange. Pastor Hendrik Sara menjawab, bahwa Bruder Christoporus Tange telah meninggal dunia.
Masalahnya sekarang, jika pernyataan Pastor Hendrik Sara benar adanya. Maka perlu diadakan perbaikan, pada penulisan sejarah tentang Tonil Kelimutu yang diasuh Soekarno ketika dalam masa pembuangan di Ende. Sekecil apapun kesalahan itu, perlu diperbaiki. Jika kita tidak ingin, meninggalkan warisan kesalahan, pada anak cucu kita.
Di Gedung Pastoran, pada lantai dua inilah latihan Tonil Kelimutu dilakukan (dok.Pribadi)
Untuk lokasi latihan drama Tonil Kelimutu, masih menurut Pastor Hendrik Sara, dilakukan masih di komplek Imakulata juga. Yakni di lantai dua gedung Pastorat. Semacam asrama tempat tinggal para Pastor. Pada lantai satu digunakan untuk tempat tinggal para Pastor dan pada lantai dua, digunakan untuk latihan drama Tonil.
Ketika itu, Kursus Pertukangan Santo Yosef baru saja beberapa tahun dibuka, Gedung Kapela Imakulata dan Pastorat adalah gedung-gedung baru yang dibangun oleh siswa-siswa lulusan Kursus Pertukangan Santo Yosef. Demikian, Pastor Hendrik Sara.
Lihat Inovasi Selengkapnya