Sore itu, saya memarkir motor agak sedikit menjorok ke laut. Belum sempat saya berjalan jauh meninggalkan motor yang terparkir, tiba-tiba, seorang anak berusia belasan tahun mengejar saya, mengingatkan, bahwa saya telah salah tempat memarkir kendaraan. Teguran halus tersebut membuat saya malu. Hingga, dengan malu yang menyertainya, saya merasa perlu memperbaiki kesalahan, sehingga saya memindahkan parkir motor sesuai arahan anak ABG tadi.
Selesai dengan urusan parkir, saya segera bergerak mengabadikan view Pantai Koka sore itu, pemandangan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja tanpa diabadikan. Hingga ketika penat menyergap tubuh, saya segera beristirahat dengan memesan kopi pada satu-satunya warung yang buka di sana.
Ternyata, yang menghidangkan kopi adalah anak usia belasan yang menegur saya tadi. Setelah saya bertanya, siapa namanya, dengan singkat saya tahu namanya: Adrianus.
Pantai Koka adalah Pantai yang terletak di Desa Wolowiro, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. Dari Kota Maumere berjarak sekitar 48 Km. Pantai yang terletak 2,5 Km dari tepi jalan raya Ende-Maumere ini benar-benar lengang. Tak ada penginapan di sini, jauh dari rumah penduduk. Pantai yang masih perawan, seakan pantai privat, tak begitu luas. Pantai ini diapit dua bukit pada sisi barat dan dua batuan terjal pada sisi selatan.
Sekitar seratusan meter di tengah laut, ada sebuah pulau karang kecil, di antara pulau karang kecil dan pantai. Di situlah biasanya wisatawan asing berenang. Pulau karang kecil itu bernama Pulau Koka. Di sana, konon bersemayam ular-ular laut yang tak berbisa.
Tengah saya ngopi, masuk lelaki setengah baya. Menyapa dengan hangat pada saya, khas kehangatan Flores. Lelaki yang kemudian saya tahu bernama Blasius Woda atau biasa dikenal dengan Om Blasius atau Blasius saja. Blasius adalah pemilik satu-satunya warung yang berada di Pantai Koka. Sebenarnya, bukan warung, lebih tepatnya gubuk di tepi Pantai Koka.
Masalah berikutnya, harus tinggal di mana. Jarak dari jalan raya sekitar 2,5 Km. Akses jalan sangat buruk, Blasius tak memiliki kendaraan roda dua. Maka, keputusannya, dia harus tinggal di Pantai Koka, dengan kondisi seadanya. Blasius membuat pondasi gubuknya dengan mengumpulkan batuan yang terdapat di pantai dan mendirikan gubuk dengan dahan-dahan kayu yang ada, serta atap daun kelapa.
Belum dua hari Blasius memboyong istri dan Adrianus yang ketika itu masih bayi merah. Malam itu, hujan lebat turun. Air Pantai Koka naik hingga memasuki gubuk Blasius yang baru dua hari dihuni. Lengkap sudah, air hujan membasahi gubuk yang tak beratap rapat dan dari bawah air laut memasuki gubuk Blasius. Malam itu, Blasius tak memejamkan mata sedikitpun, berusaha keras menyelamatkan istri anak semata wayang yang masih dalam kondisi bayi merah.
Cobaan belum habis hingga di situ. Masyarakat menganggap Blasius orang 'gila' yang mau bertempat tinggal di pantai kosong seorang diri. Jikapun ada wisatawan, jumlahnya tak pasti dan sangat jarang.
Pelan tapi pasti, wisatawan mulai berdatangan. Anehnya, wisatawan yang datang, dominan wisatawan asing. Kaum bule kadang menginap di gubuk Blasius.