Ada banyak versi yang menceritakan bagaimana Tuan Ma hingga tiba di Larantuka, mulai versi yang sangat memuja-muja hingga meninggalkan nalar sehat, hingga versi yang sesuai akal sehat.
Diantara versi yang memuja yang berlebihan itu, menyatakan bahwa pada zaman dulu, ada seorang nelayan muda yang sedang melaut mencari ikan. Nama sang nelayan, Resiona. Di Tengah laut, dalam gelap malam ditingkahi sinar rembulan, tiba-tiba dari dalam laut muncul sesosok wanita yang sangat cantik, penuh pesona dan memiliki charisma luar biasa. Sadar bahwa hal demikian tidak mungkin, nelayan muda ini terkejut luar biasa, hingga akhirnya jatuh pingsan. Ketika sadar, sang nelayan sudah berada di tepi pantai, disebelahnya tergolek sebuah patung wanita, yang dipercaya sang nelayan muda Resiona, sebagai perwujudan dari sosok wanita yang ditemuinya di tengah laut itu.
Hingga akhirnya, ketika Portugis membawa agama Khatolik ke Larantuka, masyarakat sadar bahwa patung wanita mulia yang selama ini mereka sanjung dan hormati, ternyata patung Bunda Maria atau Tuan Ma.
Selanjutnya, sebagaimana cerita diatas, patung yang diterima Resiona diletakkan pada tempat yang sudah diceritakan diatas. Orang kafir (istilah om Wimpi sebelum kedatangan agama Khatolik), begitu memuja sang patung dengan segala macam sesembahannya. Patung yang menurut mereka mendatangkan segala kebaikan dan menghalangi segala kejahatan.
Hingga, ketika Portugis datang, Portugis merasa terkejut, bahwa Patung yang penduduk larantuka puja-puja selama ini ternyata Bunda Maria. Portugis meluruskan kepercayaan yang selama ini salah menjadi benar, sesuai ajaran Khatolik.
Sejak Agama Katholik menjadi agama resmi kerajaan Larantuka, yang ditandai dengan dibaptisnya Raja Ola Adobala pada tahun 1665 dengan nama Don Francisco Ola Adobala Dias Vieira de Godinho. Lalu, memprakarsai upacara penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha Rosari. Sejak itulah prosesi jalan salib rutin dilakukan.
Upacara Prosesi jalan salib itu sendiri, dimulai dari dengan upacara peribadatan di Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana. Selanjutnya menghantar Tuan Ma dan Tuan Ana ke Katedral Reinha Rosari, dari Katedral Reinha Rosari, lalu dibawa keliling kota hingga berakhir dini hari.