Danau Kelimutu terdiri dari tiga buah danau, dengan keunikan warna air yang berbeda pada ketiga danau. Warna air itu, selalu berubah, dengan waktu yang tak dapat diprediksi.
Pada saat saya tiba pada Danau pertama, air danau berwarna hijau tua kental, di anak tangga pertama sebelum naik pada Danau Pertama ini, ada papan yang menunjukkan perubahan warna air danau pada setiap periode yang terjadi pada tahun 2015.
Danau kedua, yang terletak di sebelah Danau Pertama, hanya dipisahkan dengan dinding batu terjal yang sisi atasnya terdiri batuan-batuan runcing, siang itu, warnanya hamper sama dengan warna Danau Pertama, hanya saja, lebih muda dan terang.
Danau Kedua  bernama Tiwu Ata Polo merupakan tempat kembalinya jiwa orang-orang Jahat. Sayangnya, Danau kedua tidak dapat diambil gambarnya dari Danau Pertama, proses pengambilan Danau Kedua hanya dapat dilakukan dari Puncak perbukitan yang berada di sisi atas Danau ketiga. Ketika Danau Kedua diambil, selalu saja Danau Pertama ikut terambil. Apa artinya ini? Saya sendiri tidak tahu pasti. Apakah mungkin, itu artinya, kejahatan akan selalu berdampingan dengan jiwa-jiwa muda? Walahu A’laam.
Pada perjalanan menuju Danau Ketiga, kita akan menjumpai para Ibu-Ibu yang menjual jajanan yang berupa air minum dan pangan kecil. Ibu-Ibu itu, juga menjual cinderamata berupa kain tenun flores, berupa sarung, kain panjang dan selendang. Ketika saya tanyakan berapa harganya, ternyata harga bervariasi antara dua ratus ribu hingga satu juta. Sesuai dengan lebar tenunan dan jenis tenunannya. Saya tidak membeli, tetapi beberapa wisatawan lokal ada yang membeli cindera mata.
Pada saat tanjakan tajam, sesaat menjelang tiba pada Danau Ketiga, saya juga menjumpai kawanan Kera. Saya tahu ini adalah Taman Nasional, tetapi pohon-pohon besar, berada jauh di bawah dari lokasi saya kini berada, dari manakah kera-kera itu? Jika mereka berasal dari pohon-pohon besar sekitar, berarti kawanan Kera menempuh perjalanan jauh dan terjal untuk sampai pada tempatnya kini berada, sebuah perjalanan jauh dan terjal untuk menyapa pengunjung dan menerima kacang atau jajanan kecil yang diberikan pengunjung.
Pada Puncak Danau ketiga, ada taman untuk istirahat melepaskan setelah pendakian panjang dan terjal untuk para wisatawan, yang ditengahnya ada Tugu, pada dinding Tugu terdapat diorama tentang kelimutu. Di tepian Tugu itulah saya melepaskan lelah sejenak dengan memesan kopi lokal pada Ibu-ibu yang menjajakan kopi siang itu. Sebelum akhirnya menapaki jalan turun, untuk kembali. Â Â
Menurut Informasi yang saya peroleh di Information Centre, pada tanggal tanggal 14 Agustus 2016 nanti, akan diadakan Festival Kelimutu dengan acara puncak, upacara adat pemberian persembahan pada Danau Kelimutu. Sayang saya datang pada tanggal 7 Agustus 2016, itu artinya, acara akan diadakan minggu depan. Saya berharap, minggu depan dapat mengunjungi kembali Kelimutu. Dapatkah? Wallahu A’laam.