Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Napak Tilas Perjalanan Cut Nyak Dien di Sumedang

12 Juni 2016   16:24 Diperbarui: 13 Juni 2016   09:48 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cut Nya’ Dien, tiba di Sumedang pada 11 Desember 1906 dengan didampingi dua pengikutnya. Tak  ada yang istimewa pada wanita tua renta yang bermata rabun itu. Berpakaian lusuh, sebuah tasbih tak pernah lepas dari tangannya dan periuk nasi dari tanah liat, itulah yang dibawa  Cut Nya’ Dien ketika tiba di Sumedang.

Belanda menitipkan Cut Nya’ Dien pada Bupati kedua Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja yang bergelar Pangeran Makkah. Dengan pertimbangan kondisi fisik dan ketaatan Cut Nya’ Dien, Pangeran Makkah tidak menempatkan beliau di Penjara, melainkan menitipkannya di rumah H. Ilyas dibelakang Mesjid Agung Sumedang.

Cut Nya’ Dien yang seorang hafidz (hafal al-Qur’an) menghabisi hari-hari akhirnya dengan mengajarkan al-Qur’an pada ibu-ibu di Mesjid Agung Sumedang, tanpa diketahui jati dirinya oleh Jemaah beliau. Jemaah hanya mengetahui Cut Nya’ Dien sebagai putri dari seberang atau panggilan untuk beliau Ibu Perbu.  

Kondisi misterius tentang siapa Ibu Perbu terjawab ketika Prof. Dr. Ali Hasjmi yang menjabat sebagai Gubernur kala itu, memerintahkan untuk mencari jejak keberadaan makam Cut Nya’ Dien sekembalinya beliau dari negeri Belanda.

Sejak itu, bermacam-macam perbaikan dilakukan pada komplek pemakaman Cut Nya’ Dien, dimulai dengan pemugaran pemakaman oleh Gubernur Ibrahim Hasan pada tahun 1987. Dilanjutkan pada masa gubernur Zaini Abdullah.

cn-1-575d29862ab0bd49087ab0c2.jpg
cn-1-575d29862ab0bd49087ab0c2.jpg
Tidak hanya makam yang dipugar dan diperbaiki, Juga rumah tempat beliau diasingkan, juga dikembalikan pada bentuk aslinya. Bahkan, rumah yang beralamat di Jalan Pangeran Suriaatmaja, nomer 174A lingkungan Kaum, kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan. Sumedang itu, kini sudah menjadi situs sejarah yang dilindungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun