Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Analisa Sederhana Pengembalian Utang Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung

10 Februari 2016   15:09 Diperbarui: 10 Februari 2016   15:23 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi KA Cepat bandung - Jakarta (sumber gambar di sini)"][/caption]Sebelum saya menjabarkan skema pengembalian utang, pada proyek pembangunan KA cepat Jakarta-Bandung. Ijinkan saya memohon maaf terlebih dahulu. Mengapa? Karena angka-angka yang saya hitung nanti, sebatas pengetahuan saya yang sederhana dan sangat terbatas. Sementara data yang saya gunakan, hanya terbatas pada data yang saya peroleh dari media yang saya baca. Sehingga, tidak tertutup kemungkinan, hasil dari perhitungan saya kelak. Tidak sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki “otoritas” resmi.

Baiklah kita mulai hitungannya sbagai berikut :

Jumlah utang = 78  Trilyun
Besar Bunga = 2 %
Waktu pembayaran = 40  tahun
 
 Maka, besaran nominal yang harus dibayarkan setiap tahun
 
Jumlah utang = 1.95   Trilyun
Besar Bunga = 0.039 Trilyun
                    = 1.989  Trilyun
                    = 1,989 Milyard
    
Jika diasumsikan, satu tahun 360 hari, maka kewajiban membayar
utang setiap hari            =  5.525 Milyard
                                    =  5.525.000.000 Rupiah
    
Jika harga Tiket Kereta api, Rp.200.000/org.
Maka untuk mencapai nominal 5.525 M dibutuhkan penumpang
                                    = 27,625 orang (dua puluh tujuh ribu enam ratus dua puluh lima penumpang)
 
Dari perhitungan diatas, maka, pengembalian utang akan mencapai titik impas, jika KA  cepat Jakarta – Bandung  mampu menyerap penumpang dengan jumlah penumpang 27.625 orang per hari, selama 40 tahun.

Beberapa kendala.

Dari angka-angka yang saya tuliskan diatas, ada beberapa kendala yang akan kita temui pada KA Cepat Bandung-Jakarta. Diantaranya  sebagai berikut:

Satu, Berdasarkan data dirjen perhubungan darat, jumlah penduduk yang berpergian Jakarta-Bandung setiap hari 134.540 orang. Dengan rincian, menggunakan travel sebanyak 30.000-35.000 orang, 2000-2500 menggunakan jasa KA, sisanya menggunakan mobil pribadi. Masalahnya sekarang, bagaimana mendongkrak pengguna jasa Kereta Api sebanyak 11 kali lipat dari yang sekarang atau 1.100%. Sulitkan, untuk memmbayangkannya.

Dua, Kan bisa mengalihkan pengguna travel menjadi pengguna Kereta Api? Teori diatas kertas, mungkin saja bisa. Namun, mampukah KA cepat, memberikan layanan “prima” yang telah diberikan travel selama ini, sehingga pengguna travel, akan beralih pada KA cepat. Seperti, rute yang menjangkau daerah terdekat dari hunian para traveler. Seperti, Bandung-Kelapa Gading, Bandung-Jatiwaringin, Bandung-Bintaro. Jika jawabannya Bisa, lalu apakah harganya bisa bersaing, dengan apa yang selama ini, dinikmati oleh mereka pengguna jasa travel. Agak sulit membayangkan, hal ini, bisa terlaksana.

Tiga, Diasumsikan setiap rangkaian akan membawa penumpang dengan kisaran 484-580 penumpang. Untuk mengangkut jumlah minimal penumpang dengan jumlah 27.625 penumpang, dibutuhkan 56 kali perjalanan. Atau 28 pemberangkatan dari Bandung dan 28 kali pemberangkatan dari Jakarta.

Jika diasumsikan KA Cepat pertama berangkat pada jam 5.ºº pagi dan berakhir jam 22.ºº Malam. Maka, beda waktu pemberangkatan dari kedua stasiun terjadi dengan interval selang waktu, selama 40 menit. Artinya, ada pemberangkatan KA setiap 40 menit, dimulai jam 5.ºº pagi hingga  jam 22.ºº malam. Tanpa henti, terus menerus. Mungkinkah?

Empat, Jumlah penumpang 27,625 hanya mampu untuk menutupi pengembalian utang pembangunan infrastruktur. Perhitungan itu, belum ditambah dengan biaya operasional bahan bakar KA, biaya maintenance KA, maintenance jalur KA, biaya Maintenance stasiun dan biaya “salary” mereka yang terlibat didalamnya. Apalagi jika, diingat, setelah beroperasi tahun 2019, KA cepat Jakarta-Bandung akan menyerap 28.000 tenaga kerja. Ujar Mentri Rini.

 http://finance.detik.com/read/2016/01/29/113108/3130291/4/kereta-cepat-jkt-bdg-pakai-insinyur-dari-china-ini-alasannya.

Lima, Selama ini, daerah walini, dikenal sebagai daerah serapan air untuk daerah sekitarnya, termasuk untuk waduk Jati luhur. Lalu, ketika daerah ini, digunduli sebagai pijakan dari jakur KA cepat. Apa yang terjadi? saya tak bisa menghitung dengan nominal angka, berapa kerugian yang akan terjadi. Belum lagi, jika dihitung dengan turunan-turunan kerugian yang mengiringinya.

Dari kelima kendala-kendala yang saya paparkan diatas. Pantaskah, KA Cepat Bandung-Jakarta itu, tetap dipertahankan, untuk dilanjutkan?

Saya tak ingin memberikan jawabannya. Biarlah pembaca sendiri yang menyimpulkan dan memberikan jawabannya.

 

Sumber gambar di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun