[caption caption="Tampilan KM Kelud dengan segala kebesarannya (dok.Pribadi)"][/caption]Sesuatu yang pernah dialami, kadang ada keinginan untuk mengulanginya kembali. Semacam reuni begitu. Begitu juga dengan perjalanan dengan kapal laut. Sekitar tahun 1984-an saya akrab dengan perjalanan dengan kapal laut, khususnya ketika masih sering melakukan perjalanan ke Indonesia bagian timur.
Ketika saya di Medan beberapa waktu lalu, dan memiliki cukup banyak waktu. Mengapa tidak mencoba lagi perjalanan pulang ke Jakarta dengan kapal laut. Inilah, sedikit oleh-oleh perjalanan dengan kapal laut menggunakan KM Kelud.
Siang itu, selasa dipertengahan Februari 2015 saya termasuk penumpang yang pertama naik ke KM kelud. Hal ini, sengaja saya lakukan untuk melihat kondisi kapal, mumpung penumpang belum banyak yang naik. Jadi, agak leluasa untuk melihat sesuatunya tentang KM Kelud.
[caption caption="Penulis di Dek KM Kelud sebelum KM Kelud berlayar (dok. Pribadi)"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/08/kelud-1a-563ede836523bd661103c47c.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Tampilan dari luarnya begitu menawan. Pada lambung kanan dan lambung kiri ditandai dengan kain Ulos. Khas pakaian Batak. Beberapa fasilitasnya, ada mini Gym, untuk olah raga ringan. Juga ada mini theater di dek 2 ekonomi yang mampu menampung sekitar 70 orang.
Beberapa fasilitas lain yang saya rasa cukup baik kondisinya, Ada Kafetaria di buritan kapal pada lantai 8 (delapan), sehingga penumpang dapat bebas memandang ke laut. Dari sini selain melihat air arus laut yang tersibak karena baling-baling mesin kapal. Penumpang juga dapat bebas memandang sekitanya. Ingat, perjalanan Medan-Jakarta. Bukan perjalanan yang melalui laut bebas. Melainkan, perjalanan yang menyusuri Selat Malaka. Di Kafetaria ini, penumpang dapat memesan minuman dan makanan ringan. Warna meja dan kursi di Kafetaria ini, didominasi dengan warna coklat. Satu hal yang tak biasa, Meja dan kursinya, dibaut mati pada lantai kapal. Sehingga, tidak memungkinkan untuk dipindah-pindah. Ketika hal ini, saya tanyakan pada ABK Kapal Kelud, dengan senyum mereka menjelaskan, hal ini, untuk menjaga, jika ada ombak besar, maka posisi meja dan kursi akan aman di tempatnya. Sehingga, para penumpang akan tetap nyaman duduk di kursinya. Hehehe…. Sebuah solusi cerdas.
[caption caption="Pelabuhan Belawan esaat KM Keluda akan berlayar (dok. Pribadi)"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/08/kelud-2-563eecc507b0bd5f13076150.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Pada bagian buritan Kapal, masih di lantai yang sama, terdapat musholla yang cukup besar dan mewah. Musholla yang bernama Al-Azhar ini, memiliki ruangan yang cukup besar. Mampu menampung sekitar 70 orang jamaah. Pada jalan masuk, menjelang pintu musholla, terdapat tempat wudhu yang airnya bersih dan berlimpah.
Untuk layanan kenyamanan lain, perlu diacungkan jempol untuk KM Kelud. Kamar mandi yang umumnya kotor dan Jorok. Kondisi demikian, tidak kita temui di KM Kelud. Petugas cleaning service dalam waktu-waktu tertentu, secara periodik, menyapu dan mengepel ruangan.
[caption caption="Musholla Al-Azhar di nlantai n7 KM Kelud (dok.Pribadi)"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/11/08/kelud-3-563eed3e7893730d07c8125c.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Â