Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anas dan PPI yang Makin Menjemukan

15 Januari 2014   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya, saya masih berharap pada Anas, harapan itu muncul ketika Gde Pasek menjanjikan pada tanggal 9/1/2014, akan ada konfrensi pers pada tanggal 10/1/2014. Tetapi harapan itu, ternyata, hanya kosong melompong, tak ada sesuatu yang baru disitu. Anas hanya mbulet, muter-muter, tak ada sesuatu yang baru. Mulai dari alasan tidak memenuhi panggilan KPK karena keluar kota, lalu tentang kalimat “proyek dan lain-lain”, tentang ketidak adilan KPK, hingga kembali mengecam SBY dengan kalimat-kalimat umum. Semua dibungkus dengan kalimat eufemisme, sehingga menimbulkan kelelahan, sekaligus menyebalkan. Sangat lebay

Siangnya, Anas mendatangi KPK, sebagaimana dia janjikan, lalu KPK “mempersilahkan” Anas untuk tidak kembali ke rumah, tetapi ke tempat yang sudah “dijanjikan” KPK. Sekali lagi Anas nyanyi, tetapi dengan kalimat yang gak jelas. Tidak pada akar masalah, tidak pada apa yang akan dia lakukan, hanya mbulet…

Karena Anas sudah di dalam, kini giliran PPI yang nyanyi, nyanyian yang sama sekali tidak merdu, syair-syair yang gak jelas dan ngawur.

Syair-syair pendahulunya, soal Professor Subur Budi Santoso yang dijemput paksa BIN, syair yang ternyata jauh panggang dari Api, lalu Ma’mun Murod melantunkan syair tentang Bambang Widjojanto, bersama Denny Indrayana dan Djoko Suyanto ke Cikeas, sekali lagi syair ini palse dan ngawur.

Kini PPI mengupdate syair baru lagi tentang Abraham Samad yang pernah nyembah-nyembah kepada Anas untuk mendapatkan dukungan baginya sebagai ketua KPK, dan sebagai nasib syair-syair terdahulu, nasibnya sangat mengenaskan. Makin menunjukkan siapa PPI dan bagaimana kondisi kejiwaaan Anas saat itu.

Lalu, apakah dengan beberapa kejadian terakhir ini, harapan saya pada Anas sudah habis? Jawabnya belum, saya masih berbaik sangka pada Anas. Anas yang saya tahu cukup pintar dan cerdas, masih memiliki harapan, meskipun harapan itu, agaknya tinggal sisa-sisa dari sejibun harapanyang selama ini dipungkiri oleh Anas sendiri.

Anas….. berhentilah berlogika politik, saatnya kini tunjukkan kepiawanmu, berhentilah bersikap yang kontra produktif, jadilah tahanan KPK yang baik, makan apa saja yang disuguhkan KPK, berhenti berwacana omdo, banyak-banyak merenung diri, lalu selesaikan tugas besarmu. Mulai ambil alat tulis dan kertas. Mulailah menulis lembar-lembar berikutnya sebagaimana yang anda janjikan selama ini.

Karena, pada lembaran-lemabaran berikutnya itu, masyarakat masih berharap pada anda, pada lembaran-lemabaran berikutnya itu pula, anda akan menunjukkan pada masyarakat siapa anda sebenarnya.

Tanpa itu, Anas hanyalah seorang pecundang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun