Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PNPM-MPd, Satu Lagi yang Terlupakan

16 November 2013   12:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian panjang jalan terbangun, sekian banyak sekolah berdiri, sekian jumlah MCK sehat siap pakai, sekian banyak jembatan terbentang, membuka isolasi daerah tertinggal, mengapa kemiskinan belum juga berkurang?

Setelah sekian Milyard uang tersalurkan untuk pinjaman SPP –simpan pinjam perempuan-, sekian banyak warung kecil berdiri, mengapa kemiskinan belum juga berkurang?

Padahal sudah jelas, program yang diemban PNPM-MPd adalah mengurangi kemiskinan, kalau tidak bisa dikatakan menghilangkan kemiskinan. Karena menghilangkan kemiskinan, adalah sesuatu yang mustahil dilakukan.

Lalu kekeliruan apa yang telah dilakukan oleh PNPM-MPd, sehingga tujuan itu tidak juga tercapai? Apakah mengurangi kemiskinan itu, sama mustahilnya, seperti menghilankan kemiskinan. Padahal di beberapa negara tetangga kita, sebut saja Thailand, angka kemiskinan sudah jauh berkurang. Jika, pada mereka “mengurangi” bukanlah hal mustahil, mengapa pada “kita” seakan mustahil? Tentu, ada yang salah atau belum benar dalam hal ini.

Bicara kemiskinan, bukan hanya bicara tentang berapa panjang jalan yang terbangun, berapa banyak sekolah yang telah didirikan, berapa MCK yang telah siap pakai, berapa jumlah jembatan yang mampu membuka isolasi daerah tertinggal. Tetapi, yang lebih dominan, bicara manusia itu sendiri.

Bicara manusia, itu artinya, bicara tentang kemampuan manusia, baik itu kemampuan tekhnis mengerjakan pembangunan fisik, kemampuan management ketika dana disalurkan untuk membuka warung kecil-kecilan ketika dana SPP disalurkan, kemampuan enterpreunur manusia desa untuk lebih berkembang setelah warungnya maju, kemampuan ketrampilan untuk menciptakan lapangan kerja, kemampuan untuk merubah pola pikir dari seorang miskin menjadi seorang pengusaha, manager atau seorang kaya.

Semua pembicaraan tentang manusia itu, gagal dilakukan oleh PNPM-MPd.

Coba Tanya, berapakah hasil kualitas yang diperoleh dari pelatihan kader Tekhnis di desa, sehingga mereka mampu membuat proposal yang benar? Mampu memahami dan memiliki kemampuan untuk membangun infrastruktur yang sesuai kaedah Tekhnis? Mampu membuat rencana anggaran biaya? Jawaban Jujur dari pertanyaan sungguh memprihatinkan. Angka prosentasenya masih dibawah 50%

Coba Tanya, berapakah hasil kualitas yang diperoleh dari pelatihan kader pemberdayaan di desa, sehingga mereka mampu menjadi tenaga yang mampu memberdayakan masyarakat desa. Mampu melakukan pembukuan, membuat neraca. Mampu sebagai agen penghubung antara anggota kelompok peminjam SPP dengan UPK, sehingga pinjaman yang digulirkan mencapai angka pengembalian yang memenuhi syarat diatas angka 95%

Coba Tanya, apakah hasil yang diperoleh dari pelatihan kepala Desa, BPD dan LPM terhadap perubahan pola pikir mereka pada tujuan mulia memajukan desa? Sudahkah mereka mampu memandang, bahwa program ini dengan pembangunan fisik dan dana yang digulirkan, hanya sebagai stimulant? Atau sebaliknya, ini semua sebagai proyek. Apakah ketika mereka pulang dari pelatihan, membuat mereka melahirkan ide-ide cemerlang untuk kemajuan desa, atau hanya menceritakan tentang tempat mereka dilatih, bermalam di hotel kelas anu, menu makanannya anu dan ongkos transportnya sekian?

Coba Tanya TPK, apa yang ada dibenak mereka ketika mengerjakan sarana fisik, adakah ilmu tekhnis yang mereka dapatkan selama pelatihan mereka terapkan? Adakah ada semangat mereka untuk mengerjakan sesuai spsifikasi yang disyaratkan? Ada inovasi-inovasi yang dilakukan agar volume yang dikerjakan dapat bertambah, memiliki usia pemakaian yang lebih lama, berdaya manfaat yang lebih berdaya guna?

Coba Tanya FT, berapa banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan membimbing masyarakat dampingan mereka, membimbing pelaksanaan fisik sesuai urut-urutan pelaksanaan yang sesuai kaedah tekhnis, mengetahui dimana titik kritis pekerjaan yang harus mendapat perhatian khusus, ketika pekerjaan fisik dilakukan?

Coba Tanya FK, berapa banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan membimbing masyarakat dampingan mereka, membimbing TPK dalam penyusunan Buku kas umum, menjelaskan tujuan ideal dari program ini.

Coba Tanya Faskab, Fastekab dan Faskeu, sejauhmana mereka telah melakukan pendampingan pada FK dan FT, memotivasi mereka, memberikan guidance kerja serta langkah-langkah praktis yang harus dilakukan pada daerah kerja FT dan FK di kecamatan? Ataukah mereka hanya berfungsi sebagai petugas yang mengkolekting data dari FK dan FT?

Coba Tanya RMC, sudah sampai mana mereka memberikan pendampingan pada jajaran dibawahnya, atau mereka hanya sebagai “penguasa” yang harus selalu dipatuhi apa saja yang mereka katakana, meskipun sebenarnya tidak sesuai dengan tupoksi yang ada. Atau mereka hanya sekumpulan orang yang berada di menara gading, yang menganggap FT dan FK selalu harus bekerja sempurna, ketika terjadi ketidak sempurnaan, bukan dibina, tetapi langsung diberi sanksi.

Jika jawab dari pertanyaan-pertanyaan diatas, hasilnya kurang memuaskan, bagaimana pula para pelaku PNPM-MPd akan merubah manusia di desa. Karna adagiumnya, sebelum kita mampu merubah orang lain, terlebih dulu kita harus berubah.

Mungkin inilah yang dilupakan oleh PNPM-MPd, sehingga, akibatnya, kita semua dapat memperoleh jawaban, mengapa kemiskinan itu hingga kini belum berkurang, walaupun sekian panjang jalan telah terbangun dan sekian Milyard dana SPP telah digulirkan….. wallahu A’lam.

…………….

Salam menuju Indonesia yang lebih sejahtera.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun