Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Tua Yang Kalah

11 Agustus 2014   05:46 Diperbarui: 10 Agustus 2016   09:13 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu jalanan sudah mulai menyala, coba tuk menggantikan sinar Mentari, mengusir gelap dari sang persada, meskipun tak memiliki kemampuan berarti, tetapi, cukup mengusir gelap sepanjang jalan ini, ketika mobil-mobil yang berlalu lalang, kadang absen untuk beberapa jenak. Lelaki tua itu, terus mengayunkan langkah, tak tahu kemana diri itu akan dibawa pergi.Arah langkah ke depan dengan tujuan yang tak pasti, tetapi berjalan meninggalkan rumah sudah menjadi keputusan yang bulat, tak mungkin langkah ini surut kembali. Inilah hasil yang dia peroleh ketika usai kalah berjudi dalam kehidupan rumah tangga yang telah dia jalani.

Sore kemarin, masih dia coba untuk berbicara pada sang istri, coba beragumentasi dan mengajuk diri, manatahu masih tersisa harapan untuk mempertahankan diri, dalam menyelamatkan biduk rumah tangga yang telah lama dia jalani. Tetapi, semua sia-sia, tak ada yang bisa lagi diselamatkan, biduk bocor itu, tak mungkin lagi ditambal, sudah terlalu banyak yang bocor, kebocoran terbesar, ketika sang buah hati, satu-satunya tempat perekat hati, juga sudah ikut teracuni. Anak semata wayangnya, sudah menfoto copy apa yang dilakukan oleh sang istri.

****

Memang, harus diakui, ketika membahas rumah tangga yang gagal, tak ada yang berdiri sendiri, tak ada suami yang salah sendiri, tak ada istri yang salah sendiri, dua belah pihak, memiliki andil. Tak mesti sama banyak memang, bisa istri yang dominan, bisa juga suami yang dominan. Tetapi siapapun yang dominan, jika dua-duanya masih dapat untuk saling memahami, mau saling memaafkan, perpisahan itu, tentu akan dapat dicegah. Tak akan terjadi. Tapi agaknya pengertian dan maaf itu tak tersisa lagi, maka keputusan untuk mengakhiri itulah yang akhirnya diambil.

“Ma, sepertinya Mas sudah gagal membina rumah tangga ini” kata Tono diberanda rumahnya sore itu, waktu itu baru pukul tujuh malam. Bulan hampir penuh berada diufuk timur, terlihat menerangi cakrawala diatas rumah mereka. Tono bermaksud mengajuk hati Ima, manatau dialog pembuka masih dapat melunakkan hati Istrinya.

“Memang iya, Mas sudah tak berguna lagi…” jawab Ima ketus, terkejut juga Tono mendengar jawaban Ima, rasanya, dialog ini akan menjadi sia-sia saja, apa yang akan dikemukakan Tono, agaknya tak kan membuahkan hasil seperti yang dia harapkan.

“Iya… mungkin juga begitu” kata Tono lagi, coba mengikuti alur berpikir Ima, jika dapat,lalu dia giring dalam pola pikirnya, hingga Ima akan menangkap apa yang akan Tono sampaikan.

“Nah, kalau sudah tahu, lalu maksudnya apa?”

“Begini Ma, setelah sekian lama rumah tangga ini kita bina, Mas telah gagal menjadikan Ima percaya pada Mas”

“Memang iya” kembali ketus jawaban Ima itu. Tono sudah bertekad untuk tetap berusaha meyakinkan Ima akan maksud tindakannya selama ini.

“Padahal Mas sudah berusaha jujur selama ini, semua yang Mas lakukan, itu demi untuk kita semua, demi untuk keluarga kita”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun