Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tokoh Sentral dalam Dunia Politik, Emang Masih Perlu?

8 Oktober 2014   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena yang belakangan hadir, pada pasca Pilpres, adalah perebutan kursi di Parlemen, apakah itu Dewan Perwakilan Rakyat maupun Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kegaduhan yang terjadi pada Pemilihan Kursi Ketua dan wakil ketua pada Dewan Perwakilan Rakyat dan sedikit kegaduhan pada Pemilihan Kursi Ketua dan wakil ketua pada Majelis Permusyawaratan Rakyat, mengingatkan kita pada celoteh Gus Dur, akan perilaku Anggota Dewan terhormat itu sebagai perilaku anak Taman Kanak-kanak.

Bagaimana menjelaskan perilaku ini? Apakah mereka hanya sebagai korban dari sistem pengkaderan yang berlaku pada Partai yang bersangkutan atau ada hal-hallain yang mempengaruhinya, sehingga perilaku ini dapat terjadi. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengkajinya secara ilmiah, tetapi hanya sebuah pendekatan dari seorang awam yang ingin tahu, bagaimana fenomena itu dapat terjadi.Sebuah pendekatan yang semoga dapat sedikit memberikan pencerahan untuk kita semua.

Dominannya Tokoh Sentral

Dalam sebuah lokal sekolah Taman Kanak-kanak, hadirnya sebuah tokoh dominan sangat dibutuhkan. Seorang guru yang disegani dan memiliki wibawa sentral. Mutlak ada, yang selalu hadir dalam semua aktifitas dan gerak laku yang terjadi dalam kelas. Tanpa kehadiran secara fisik dan terus menerus, suatu “bencana” akan segera terjadi.

Sekejap sajasang guru menghilang dari pandangan murid TK, maka sebagian anak akan naik ke atas meja, mereka lalu akan menyanyi dengan suara keras, sebagian lain akan berdiri, lalu berjalan hilir mudik diantara deretan bangku, hilir mudik ke depan dan ke belakang. Sebagian lain akan berteriak-teriak, sebagian lain akan saling kejar-kejaran diantara teman-temannya, dan yang berperilaku kalem, mungkin hanya akan berdiam diri, atau mungkin berdiri menghampiri dinding, kemudian menggambar dinding yang tak tentu bentuknya, mungkin saja tujuannnya baik,menggambarkan wajah teman atau sang guru, dengan bentuk yang hanya bisa dimengerti oleh sanganak. Atau bisa saja dengan saling melempar kue lalu menjerit-jerit dan saling tarik dan jambak, tak lama kemudian akan saling tangis-tagisan. Suasana dalam sekejap akan berubah hiruk pikuk, centang perenang tak tentu bentuk lagi.

Kesimpulan sementara, maka untuk mereka yang kelasnya baru tahaf Taman kanak-kanak maka kehadiran tokoh sentral sangat dibutuhkan dan perlu. Akibatnya yang terjadi, ketika tiadanya kehadiran tokoh sentral, sungguh, sulit untuk dibayangkan.

Pada kelas Mahasiswa, kehadiran guruatau Dosen sudah tidak dominan. Bahkan lebih ekstreem lagi tidak dibutuhkan lagi, lebih-lebih ketika Mahasiswa sedang menghadapi ujian. Pada fakultas tertentu dengan jurusan tertentu. Ketika ujian, diperkenankan membuka buku dan catatan. Dasar pemikirannya, mahasiswa diuji bukan pada kemampuan menghapal data-data yang ada pada buku. Tetapi bagaimana mengolah data yang ada pada buku, sehingga didapatkan sebuah kesimpulan serta solusi dari problematika yang diajukan oleh sang Dosen. Ketika mahasiswa, sibuk mengolah data yang ada pada buku, maka kehadiran Dosen hanya mengawasi dari jauh, Dosen harus membuat jarak dengan mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu mengeksplore dirinya untuk menemukan solusi. Keberadaan Dosen yang terlalu dekat atau bahkan ikut terlibat, hanya akan menambah problem sendiri, alih-alih memberikan sebuah solusi.

Dari dua kejadian, yang terjadi pada dua peristiwa pemilihan Ketua dan Wakil ketua, dari sekumpulan mereka yang bernama Anggota terhormat itu. Kita dapat simpulkan siapakah mereka yang kelasnya masih berada pada levelTaman Kanak-kanak atau sudah Mahasiswa. Ironisnya, mereka yang berada pada level Taman Kanak-kanak ini, kebetulan memiliki ketua Umum yang dominan, sebagaimana hal Guru pada sekolah Taman Kanak-kanak. Kebetulan pula, ketika peristiwa hiruk pikuk terjadi, sang “Guru” tak hadir ditengah murid-murid Taman Kanak-kanak itu.

Pertanyaannya sekarang, apakah masih kita butuhkan, para ketua-ketua Umum yang dominan itu? Jika jawabannya masih kita butuhkan, maka kita juga masih membutuhkan kelapangan dada untuk menyaksikan, para Anggota Dewan terhormat, berperilaku sebagai murid Taman Kanak-kanak. Alih-alih mereka akan memberikan solusi akan tantangan yang dihadapi negri ini, mereka bahkan bagian dari problem  itu sendiri.


Sudah sangat mendesak dan perlu, meninggalkan kharisma sosok, terlebih sosok yang sudah sulit membedakan antara kepentingan Negara dan kepentingan kelompok sendiri . Sosok yang merasa bahwa mereka mendapat wangsit, sebagai kelompok yang diamanahkan untuk mengelola negri ini, walaupun, sejatinya, perilaku dan kemampuan yang ditunjukkan selama ini, jauh dari klaim yang mereka selalu dengung-dengungkan.

Sudah saatnya, menjadikan mereka yang disebut anggota terhormat itu, menjadikan program sebagai pemimpin, garis kebijakan dan undang-undang sebagai acuan dalam melangkah dan bertindak. Meninggalkan kepatuhan yang membabi buta pada sang ketua umum dengan menggantikannya dengan kepatuhan akan kewajiban sebagai anggota Dewan yang terhormat dan kepatuhan pada tujuan berbangsa dan bernegara untuk kemakmuran seluruh anak Bangsa.

Semoga..!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun