Banyak diantara kita kadang dilanda resah, resah dengan apa yang akan terjadi. Bagaimana kelak membiayai sekolah anak? Bagaimana kelak jika memasuki masa pensiun, apa yang akan dikerjakan? Bagaimana jika perusahaan tempat bekerja tiba-tiba bangkrut, lalu memutuskan hubungan kerja, lalu mau makan apa?
Bagi remaja tak kalah banyak resahnya, hari sabtu resah, karena tak punya pacar, terima undangan resah, takut nanti di acara undangan ditanya kapan giliran mau ngundang?
Bagi mereka yang sekolah atau mahasiswa, tak kalah resahnya. Bagaimana dengan ulangan, bagaimana dengan mid semester, bagaimana dengan semester, bagaimana dengan tugas akhir?
Ketika kuliah selesai, ternyata keresahan masih tetap ada, meski, keresahanyang timbul berbeda, bagaimana cara cari kerja, bagaimana jika nganggur, bagaimana jika kelak diterima kerja dengan penghasilan yang minim.
Daftar keresahan ini, dapat dibuat panjang, tetapi intinya sama, keresahan dapat timbul pada semua usia, semua strata sosial dan pada semua jenis kelamin, pada semua keadaan, baik ketika hal itu sedang dialami atau ketika belum dialami, yakni pada masa yang akan datang.
Lalu bagaimana caranya untuk keluar dari segala “resah” itu?
Jawaban dari pertanyaan diatas yang mestinya kita peroleh. Dengan diperolehnya jawaban dari pertanyaan diatas, maka persoalan boleh datang silih berganti, tetapi soal resah akan seminim mungkin mengganggu kejiwaan kita.
Saya tak akan memberikan jawaban atau solusi secara detail, karena saya bukanlah akhli dalam soal resah, tetapi saya akan memberikan sebuah analogi saja. Diharapkan dengan analogi itu, kita dapat menyimpulkan akar masalah timbulnya resah, selanjutnya, kemampuan kita memodifikasi masalah yang timbul, diharapkan akan memberikan solusi dari masalah yang kita hadapi.
*****
Ketika pabrikan otomotif meluncurkan produk barunya, katakan saja Mobil Mercy. Maka pihak pabrikan Mercy, juga menyertakan buku manual bagaimana cara untuk menggunakan Mercy seri terbaru itu dan bagaimana memeliharanya.
Jenis Bahan Bakar Minyak apa yang harus digunakan, Jenis oli apa yang boleh dipakai, Jenis Ban apa yang boleh dipakai, kecepatan maksimal yang diperbolehkan, jumlah beban yang diizinkan dan masih banyak lagi soal-soal tekhnis lainnya.
Melanggar dari ketentuan yang telah dicantumkan dalam buku manual itu, akan berakibat fatal. Mobil bisa mogok, cepat rusak atau bahkan mengalai kecelakaan lalu lintas. Tetapi sebaliknya, jika semua yang tertulis dalam buku manual diikuti, maka mobil akan hidup lancar, tidak mengalami mogok, mobil akan awet dan terhindar dari kecelakaan lalu lintas.
Tentu saja, manual yang dikeluarkan oleh pabrikan Mercy, akan berbeda dengan pabrikan Toyota, tidak pula sama dengan Honda, demikian juga dengan pabrikan-pabrikan lain seperti Suzuki, Hyundai, dll.
Satu yang sama dalam prinsip buku manual itu, kenyamanan dalam menggunakan produk mereka, akan dipeoleh, selama semua aturan yang tertera dalam manual itu dilakukan dengan benar.
Begitulah analogi dalam kehidupan real kita. Pabrikan itu adalah Tuhan, Jenis Produknya itu adalah agama dan manual itu adalah kitab suci. Untuk setiap jenis produk memiliki buku manual sendiri, untuk setiap jenis agama memiliki kitab suci sendiri.
Tetapi, satu prinsip yang sama, keselamatan akan mengiringi pemeluk agama itu, selama pemeluk agama itu, melakukan apa-apa yang tertulis dalam kitab sucinya.
Maka, ketika timbul hal-hal yang meresahkan kita, langkah yang pertama yang harus dilakukan, Tanya terlebih dahulu, apakah kita telah membaca “manual” dengan benar?Jika jawabnya sudah. Pertanyaan berikutnya, apakah “manual” yang dibaca itu, sudah dipraktekan dalam kehidupan nyata sehari-hari kita. Pada Jawaban terakhir inilah, umumnya solusi dari masalah kita terjawab. Karena umumnya, keresahan itu timbul, karena “manual” yang kita baca itu, belum kita praktekkan dalam kehidupan keseharian kita….. Wallahu A’laam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H