Bagikanlah pengetahuan anda. Ini adalah cara untuk menggapai keabadaian (Dalai Lama)
Sejatinya pengetahuan yang kita miliki tak berarti apa-apa jika tidak diamalkan atau dibagikan pada orang lain. Membagikan pengetahuan dan pengalaman pada orang lain tak ada ruginya sama sekali, bahkan menguntungkan bagi kita si pemiliknya. Bagaimana bisa? Dalam agama Islam dikenal dengan istilah amal jariyah, amal yang pahalanya tidak akan pernah putus hingga manusia meninggal dunia selama apa yang sudah dikerjakannya membawa manfaat bagi orang lain. Subhanallah...
Amal jariyah tidak selalu identik dengan materi atau yang bersifat ukhrowi (keakheratan). Mungkin selama ini orang berpikir, amal jariyah tidak jauh-jauh dari membangun mushola, berinfaq ke masjid, membagikan alat solat, membagikan Al Qur'an dan sejenisnya. Namun ternyata amal jariyah bersifat luas, seperti menyebarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ini pun tak terbatas pada ilmu agama saja, namun juga ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat, seperti ilmu humaniora.
Pada pertengahan Juni 2024, saya menerima panggilan untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 setelah melalui proses seleksi yang cukup lama dan melelahkan. Dalam program yang diselenggarakan kemdikbud melalui Balai Besar Guru Penggerak, Calon Guru Penggerak akan belajar selama enam bulan, rentang bulan Juni hingga Desember 2024. Sebuah rentang waktu yang termasuk panjang.
Selama pendidikan, kami mempelajari 3 modul yang dibagi menjadi 10 submodul. Di akhir modul 1, pada submodul 1.4, calon guru penggerak wajib melaksanakan aksi nyata dengan diseminasi modul 1.4 yaitu Budaya Positif. Diseminasi ini dilaksanakan di sekolah masing-masing CGP. Saya sendiri, sebagai CGP yang berasal dari SDN Pedurungan Lor 01 Kota Semarang, saya melaksanakan diseminasi di sekolah saya, berkolaborasi dengan teman sesama CGP satu sekolah.
Diseminasi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Agustus 2024 mulai pukul 14.00. Meskipun agak kurang percaya diri, namun saya berusaha untuk percaya diri dan yakin akan materi yang sudah saya pelajari selama kurang lebih 2 minggu sebelumnya. Persiapannya? jangan ditanya, heboh. Dimana saya harus berkonsultasi dulu dengan Kepala Sekolah tentang rencana pelaksanaannya, menyosialisasikan pada teman sejawat, dan tentunya menyiapkan paparan. Selain harus menjangkau seluruh materi, saya juga harus menyusun sedemikian apik lengkap dengan ice breakingnya.
Diseminasi dihadiri oleh seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga semua tenaga kependidikan. Saya dengan rekan saya Bapak Muslimin bergantian membagikan materi tentang budaya positif yang meliputi displin positif, 3 teori motivasi, hukuman dan penghargaan, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, lima posisi kontrol, dan segitiga restitusi. Lalu kami berkolaborasi dalam menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab. Diskusi berjalan dengan sangat baik dan lancar hingga selesai.Â
Alhamdulillah ternyata teori yang saya sampaikan itu sudah pernah dan masih dilakukan dalam keseharian kami di sekolah baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran, sehingga beberapa materi terasa tidak asing. Namun demikian, ada beberapa hal baru yang baru didapatkan apada diseminasi ini. Â Selanjutnya tinggal mempraktikkan hingga budaya positif ini menjadi ekseharian kita dan menjadikan amal jariyah bagi saya. Seperti kata Dalai Lama, pengetahuan akan menjadi sebuah keabadian.
LATAR BELAKANG AKSI NYATA
Sebagai seorang pendidik, saya tergerak untuk mengimplementasikan budaya positif yang telah saya pelajari dalam modul 1.4.
Penerapan budaya positif di sekolah saya sudah berjalan, namun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, dengan aanya penyebaran pemahaman budaya positif di kalangan teman sejawat diharapkan dapat mempercepat terwujudnya siswa dengan karakter profil pelajar Pancasila.
TUJUAN AKSI NYATA
Menciptakan murid yang mempunyai kesadaran dari dalam diri untuk memiliki disiplin positif.
Menumbuhkan budaya positif di sekolah dengan meyakini nilai-nilai kebajikan universal melalui keyakinan kelas
TOLOK UKUR
Terlaksananya diseminasi Pemahaman Budaya Positif di sekolah
Terwujudnya implementasi budaya positif yang dilaksanakan oleh warga sekolah
Segitiga restitusi sebagai penyelesaian permasalahan di kelas.
Â
LINI MASA
Berdiskusi dengan Kepala Sekolah
Melakukan desiminasi budaya positif
Menyusun keyakinan kelas dan menempelkan di kelas masing-masing
Memulai implementasi budaya positif di kelas yang terintegrasi dengan sekolah
DUKUNGAN
Kepala Sekolah
Wali kelas dan rekan guru mapel
Murid
Sarana prasarana untuk membuat keyakinan kelas dan menempel di kelas
PELAKSANAAN
Kamis, 14 Agustus 2024 di ruang kelas 3B SDN Pedurungan Lor 01 Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H