Yildirim & Correia, menemukan bahwa 77% pengguna smartphone dengan usia 18- 24 tahun paling rentan terhadap nomophobia, selanjutnya diikuti oleh para pengguna berusia 25-34 tahun dengan 68% (dalam Fadhilah., dkk, 2021). Usia muda mempunyai kecenderungan lebih dapat menerima perkembangan dan fokus ketika menggunakan media teknologi baru, permasalahan lebih cenderung terjadi dan berkembang pada usia muda daripada orang dewasa (Kwon, Kim, Cho & Yang, 2013).Â
Menurut riset yang dilakukan oleh Mittal, Rajasekar & Krishnagopal (2016). Sebagian besar mahasiswa merasa gelisah ketika mereka lupa tidak membawa smartphone dan tidak dapat menghubungi orang, kegelisahan tersebut dapat diamati secara signifikan di kalangan pengguna yang sering menggunakan smartphone.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Sagita & Hermawan (2020) mengatakan bahwa tingkat kesepian remaja di masa pandemi corona cukup tinggi dengan persentase 43%, 10% pada kategori tinggi dan 1.7% pada kategori sangat tinggi. Sedangkan hasil penelitian Miftahurrahmah & Harahap (2020) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecanduan media dan tingkat kesepian pada taraf sedang. Dari hasil penelitian tersebut, terdapat hubungan signifikan antara kecanduan dan kesepian.Â
Penelitian lain meninjau perbandingan tingkat nomophobia berdasarkan jenis kelamin, hasilnya menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan nomophobia antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan (Fitriyani., dkk, 2019).Â
Pitaloka (2020) dalam penelitiannya tentang hubungan antara kontrol diri dan nomophobia pada mahasiswa mengatakan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dan nomophobia pada mahasiswa. Berarti semakin tinggi perilaku kontrol diri, maka semakin rendah nomophobia mahasiswa, dan semakin rendah kontrol diri, maka semakin tinggi nomophobia.Â
Kebiasaan mengecek smartphone secara berlebihan menyebabkan seseorang mengidap nomophobia. Kelompok mahasiswa cenderung paling rentan bergantung pada smartphone dan internet dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Hal ini disebabkan oleh usia sebagian besar mahasiswa yang berada pada fase emerging adulthood atau masa transisi dari remaja akhir menuju ke dewasa awal.Â
Pada fase ini juga mahasiswa mengalami dinamika psikologis sehingga kurangnya kestabilan dalam perkembangan emosi, kognitif, komunikasi interpersonalnya sehingga smartphone menjadi salah satu cara untuk permasalahan yang dialami.Â
Berdasarkan uraian diatas, itulah gambaran nomophobia pada mahasiswa di era new normal. Di masa pandemi sulit bagi kita semua untuk bertemu atau membangun sebuah relasi dengan dunia nyata, sehingga salah satu cara yang digunakan untuk membangun sebuah relasi yaitu dengan menggunakan smartphone.Â
Namun menggunakan smartphone secara berlebih dapat menyebabkan seseorang kecanduan/ mengidap nomophobia yang dapat mengganggu aktivitas berinteraksi sosial secara langsung. Maka dari itu perlu adanya kemampuan untuk mengontrol diri terhadap penggunaan smartphone.Â
DAFTAR PUSTAKAÂ
Tiara, Ajeng. 2017. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecemasan Jauh Dari Smartphone (Nomophobia) Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Jurnal EmpatiÂ