Mohon tunggu...
isyesoentoro
isyesoentoro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nyanyian Fajar

13 Desember 2011   11:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Y

usuf Ayakeding, lahir di Sentani 10 Maret 1978. Anak ketiga dari empat bersaudara. Pada waktu bocah ia pernah terkagum-kagum pada seorang pendeta. Pendeta Markus Mantiri, pendeta Advent pertama yang datang ke kampungnya di Sentani Barat. Pendeta Mantiri lah yang mengajarkan ayahnya pekabaran Masehi Advent Hari Ketujuh, hingga akhirnya dibaptis, itu terjadi pada tahun 80an. Lalu sang ayah menyerahkan sebidang tanah hingga akhirnya berdirilah sebuah gereja Advent di sana.

Suatu saat Pendeta Mantiri menyelenggarakan Kebangunan Rohani di gereja tersebut, Yusuf kecil bingung. Mengapa Pak Pendeta ini begitu sibuk dengan sebuah kotak kayu dengan dua lubang. Tak cuma itu, Pak Pendeta juga mengumpulkan banyak bambu. Lalu mengapa pula motor tua Pak Pendeta diparkir persis dekat ruang ibadah?

Seribu pertanyaan menyerbu otak kecilnya. Rasa ingin tahunya pula yang kemudian membuat Yusuf tak ju-ga beranjak dari kesi-bukan Pak Pendeta. Pucuk dicinta ulam ti-ba, Yusuf kecil dimin-ta bantuan oleh Pak Pendeta.Tugasnya ada-lah, menahan gas mo-tor yang terus mende-rung. Selain itu ia harus mengganti bam-bu yang mulai terbakar saat fungsinya sebagai penyumpal pada knalpot tak lagi bertahan. Bambu-bambu itu digunakan untu menahan derum motor tua agar tak kelewat berisik. Lalu apa guna motor itu disumpal dan digas dalam posisi maksimal?

Wow! Inilah yang membuatnya kagum alang

kepalang. Ternyata Pak Pendeta Mantiri me-manfaatkan sorot lampu motor untuk men-dapatkan gambar di tembok. Sorot lampu mo-tor tersebut ditutup dengan corong seng lalu diarahkan ke kotak berlubang. Pada bagian depan kotak diletakkan film atau slide. Kini yang muncul adalah gambar berwarna pada dinding lebar. Imajinasi bocahnya lang-sung bermain dan terus mengagumi apa yang ada di hadapannya. Sambil tak henti-hentinya ia menahan gas dan secepat kilat menarik bambu yang mulai terbakar, untuk diganti dengan bambu baru.

Pak Pendeta kemudian menjadi idolanya. Baginya apa yang dilakukan Pak Pendeta sungguh mengagumkan. Ia tak cuma pandai berkhotbah, tetapi juga memberikan ilustrasi yang luar biasa. Tak bergantung pada teknologi canggih, atau perabotan mahal. Pak Pendeta ternyata mampu membuatnya sendiri dengan benda-benda terbatas.

Semenjak itulah Yusuf kecil selalu berkata pada teman-temannya, juga pada kakak dan adiknya, kelak ia akan menjadi seperti Bapak Mantiri. Seorang teman ayahnya mengingat-

kan, kalau Yusuf mau menjadi seperti Pak Mantiri itu artinya ia harus menjadi seorang pendeta. Kembali Yusuf berpikir cukup keras, menjadi Pendeta? Tak pernah terpikirkan sebelumnya. Oh ya, ya kata hatinya kalau mau seperti Pak Mantiri berarti harus menjadi pendeta. Ya! Kelak saya akan menjadi pendeta. Itulah cita-citanya saat itu. Hasrat yang lahir dari sebentuk keka-guman, motor tua dan bambu penyumpal.

Pisah Ranjang

Semenjadi duduk di bangku kelas enam sekolah dasar, Yusuf sudah tak lagi tinggal dengan orang tuanya. Ia diminta oleh seorang guru asal Jawa Timur untuk menjadi anak angkatnya. Kedua orang tuanya mengijinkan. Semenjak saat itu Yusuf selalu mengikuti kemana orang tua angkatnya pergi. Sebagai seorang guru tentunya mereka sering ber-pindah-pindah tempat. Ia sempat ikut ke-perbatasan Jayapura dan Papua Nugini. Setelah itu kembali ke kampungnya, bersekolah di SMP. Namun, sekolah membuatnya tak nyaman, begitu pun saat kembali ke rumah orang tuanya, ia menjadi seperti orang asing di sana. Yusuf kemudian berhenti sekolah, ia memilih menjadi kuli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun