Mohon tunggu...
Muhammad Isyam Firdaus
Muhammad Isyam Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta

saya senang membaca buku, saya memiliki kepribadian introvert, dan topik-topik favorit saya adalah science, politik, dan self improvement

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Metode Aktif Apa Yang Akan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa?

16 Desember 2024   13:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:10 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metode Pembelajaran Aktif (Sumber : Pinterest)

Bayangan pertama saya tentang mata pelajaran sejarah selalu sama: deretan nama, tahun, dan peristiwa yang terasa membeku di atas kertas. Seorang guru berdiri di depan kelas, berbicara monoton tentang masa lalu yang seolah tidak memiliki nyawa. Kami, para siswa, duduk tertekan, mencatat dengan malas, dan sesekali melirik jam, menunggu pelajaran berakhir. Apakah ini sesungguhnya esensi dari belajar sejarah?

Persoalan Mendalam Pembelajaran Sejarah

Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan kita telah menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran yang paling tidak diminati. Statistik menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pelajaran sejarah terus menurun. Menurut survei yang dilakukan oleh beberapa peneliti pendidikan, kurang dari 30% siswa mengaku memiliki antusiasme tinggi dalam mempelajari sejarah. Angka yang mengkhawatirkan!

Apa yang salah? Metode pengajaran konvensional telah mengubah sejarah menjadi sekadar rangkaian fakta mati. Para siswa dipaksa menghafal tanpa memahami konteks, tanpa merasakan getaran emosional di balik setiap peristiwa. Sejarah bukan sekadar kronologi, melainkan kisah kehidupan manusia yang penuh drama, perjuangan, dan pembelajaran.

Metode aktif bukan sekadar pendekatan mengajar, melainkan revolusi dalam cara kita memandang pendidikan. Konsepnya sederhana namun powerful: mengubah siswa dari penonton pasif menjadi pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Bayangkan siswa tidak lagi sekadar duduk diam, tetapi terlibat langsung dalam mengeksplorasi, menganalisis, dan menginterpretasikan peristiwa sejarah.

Beberapa model metode aktif yang dapat diterapkan:

Simulasi Sejarah

Koferensi Meja Bundar (Sumber : Pinterest)
Koferensi Meja Bundar (Sumber : Pinterest)

Siswa tidak sekadar membaca tentang perundingan diplomasi, tetapi memerankannya. Misalnya, simulasi Konferensi Meja Bundar, di mana siswa mendapat peran sebagai delegasi Indonesia, Belanda, atau pihak internasional. Mereka harus berargumentasi, bernegosiasi, memahami perspektif masing-masing pihak.

Penelusuran Sumber Primer

Museum Nasional Indonesia (Sumber : Pinterest)
Museum Nasional Indonesia (Sumber : Pinterest)

Alih-alih hanya membaca buku teks, siswa diajak mencari dan menganalisis dokumen sejarah asli. Surat-surat, prasasti, artikel kuno menjadi bahan kajian langsung. Mereka belajar menjadi sejarawan sejati, membangun kemampuan berpikir kritis.

Setiap peristiwa sejarah memiliki kompleksitas yang tak terbaca dari sekadar ringkasan. Dengan metode studi kasus, siswa diajak mendalami latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya dari suatu peristiwa.

Tentu, implementasi metode aktif tidak mudah. Dibutuhkan guru-guru yang inovatif, kurikulum fleksibel, dan dukungan infrastruktur. Tidak sedikit kendala yang harus dihadapi: keterbatasan waktu, resistensi dari sistem pendidikan yang mapan, serta kebiasaan mengajar yang telah mengakar.

Namun, bukankah setiap perubahan besar selalu bermula dari keberanian untuk mencoba? Perguruan tinggi kependidikan perlu segera melakukan transformasi. Kurikulum pendidikan harus dirancang ulang, dengan fokus pada pengembangan metode pembelajaran yang lebih dinamis dan partisipatif.

Sebagai calon pendidik, saya melihat potensi luar biasa dalam metode aktif. Ini bukan sekadar teknik mengajar, melainkan filosofi pendidikan yang menempatkan siswa sebagai subjek utama. Sejarah tidak lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan, melainkan perjalanan inspiratif yang membuka wawasan.

Kepada para pemangku kebijakan, pendidik, dan seluruh komponen pendidikan: saatnya kita melakukan transformasi. Jadikan sejarah hidup, bermakna, dan menginspirasi. Biarkan setiap siswa tidak sekadar menjadi penerima informasi, tetapi pencerita sejarah yang kritis dan kreatif.

Sejarah adalah jendela peradaban. Mari kita buka jendelanya lebar-lebar, biarkan cahaya pengetahuan dan pemahaman menembus setiap ruang kelas.

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hobi membaca dan mendiskusikan perubahan pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun